NEW YORK - Kurs dolar Amerika Serikat (AS) melonjak karena perusahaan dan investor mencari mata uang paling likuid di tengah kekhawatiran tentang penutupan ekonomi imbas penyebaran virus corona.
Dolar menguat 1,82% terhadap yen menjadi 107,78 yen. Dolar juga menguat terhadap euro 1,77% menjadi USD1,098. Demikian dilansir dari Reuters, Rabu (18/3/2020).
Sementara itu, dolar Australia (AUD) yang sensitif terhadap pertumbuhan global karena ekspor komoditas negara itu, turun 2,42% menjadi USd0,5969 atau terlemah sejak 2003. Dolar Australia turun lebih dari 10% sejak 9 Maret.
Baca Juga: Dolar AS Menguat Tapi Dikalahkan Yen Jepang
Dolar AS menguat usai Federal Reserve AS memutuskan akan mengembalikan fasilitas pendanaan yang digunakan selama krisis keuangan 2008 untuk membuat kredit berdampak langsung ke bisnis dan rumah tangga.
Selain itu, menguatnya dolar AS karena Presiden Donald Trump mengumumkan rencana untuk mengirim uang ke Amerika segera untuk mengurangi guncangan ekonomi dari krisis corona virus.
Baca Juga: Dolar AS Menguat Pasca-Trump Umumkan Darurat Virus Korona
Data pada hari Selasa menunjukkan bahwa penjualan ritel AS secara tak terduga turun pada bulan Februari, dengan rumah tangga mengurangi pembelian berbagai produk, dan wabah coronavirus diperkirakan akan menekan penjualan di bulan-bulan mendatang.
Sebelumnya, beberapa bank sentral dunia telah melakukan kebijakan moneter, seperti Federal Reserve menurunkan suku bunganya menjadi nol dan meluncurkan program pembelian obligasi baru. Bank-bank sentral juga mengambil langkah-langkah serupa tetapi sejauh ini gagal membendung ketegangan likuiditas dan kepanikan pasar.
Bank-bank sentral juga memangkas harga pada jalur swap mereka untuk memudahkan menyediakan dolar bagi lembaga-lembaga keuangan di seluruh dunia. Bank of Japan juga melakukan suntikan dana dolar terbesar sejak 2008 dan Korea Selatan juga berjanji untuk segera bertindak.
Reserve Bank of Australia telah menegaskan kembali siap untuk melonggarkan kebijakan lebih lanjut dalam menghadapi penyebaran coronavirus yang belum pernah terjadi sebelumnya, menambah spekulasi tentang langkah-langkah stimulus agresif minggu ini.
(Feby Novalius)