JAKARTA - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan surplus USD697 juta pada Mei 2020. China pun masih menjadi negara dengan nilai ekspor dan impor tertinggi.
Meski surplus, Bank Indonesia mengingatkan untuk tetap menjaga ketahanan eksternal ekonomi Indonesia.
Okezone pun merangkum fakta-fakta mengenai neraca dagang Indonesia surplus di tengah pandemi virus corona, Minggu (21/6/2020):
1. Ekspor-Impor Mei 2020
BPS mencatat nilai ekspor lebih besar daripada impor, yakni ekspor sebesar USD10,53 miliar dan impor USD8,44 miliar.
2. Surplus Kurang Menggembirakan
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan Indonesia pada Mei 2020 mengalami surplus sebesar USD2,1 miliar. Menurut Kepala BPS Suhariyanto, surplus ini kurang menggembirakan karena mayoritas disumbang oleh penurunan ekspor sebesar 28,9% dan impor turun 42,2%.
"Jadi, ekspor kita mengalami pertumbuhan negatif baik untuk industri pengolahan, pertanian dan pertambangan. Impor turun curam baik karena barang konsumsi dan bahan baku dan barang modal," ujar.
3. China Mendominasi
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS), Suhariyanto menjelaskan, barang yang paling banyak diekspor ke China itu, seperti besi dan baja, bahan bakar mineral, dan pulp. Kemudian negara kedua disusul Amerika Serikat negara kedua (AS) sebesar 11,84%.
"Lalu Jepang sebesar 8,69%, Singapura sebesar 6,56%, India sebesar 6,53%. Kemudian ASEAN sebesar 21,72%, dan Uni Eropa sebesar 8,92%," ungkap dia.
Sementara itu, lanjut dia, impor juga masih didominasi oleh China sebesar 28,13%, lalu disusul oleh Amerika Serikat. Beberapa komoditas barang yang diimpor dari negara Paman Sam tersebut antara lain kacang kedelai (soybean), gandum dan kapas.