Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Upaya Krakatau Steel Lawan Serangan Produk Baja Impor

Giri Hartomo , Jurnalis-Selasa, 23 Juni 2020 |14:26 WIB
Upaya Krakatau Steel Lawan Serangan Produk Baja Impor
industri baja (Okezone)
A
A
A

JAKARTA - Impor dari China masih menjadi isu yang harus diwaspadai oleh industri baja dalam negeri. Apalagi aktivitas industri China saat ini sudah kembali pulih secara perlahahan setelah sempat mati suri karena pandemi virus corona.

Direktur Utama PT Kratau Steel Tbk (KRAS) Silmy Karim mengatakan pihaknya mulai melakukan antisipasi sejak dini. Dari sisi asosiasi dan juga sebagai perusahaan plat merah, pihaknya sudah melakukan pendekatan dengan Kementerian dan Lembaga terkait.

 Baca juga; Dapat Dana Talangan Rp3 Triliun, Bos Krakatau Steel: Agar Industri Hilir Baja Tak Mati

Ada beberapa hal yang diminta kepada Kementerian dan Lembaga terkait agar Indonesia tidak dibanjiri oleh produk baja impor. Misalnnya saja meminta stimulus harga gas kepada Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM).

"Cara mengantisipasi kita dalam konteks asosiasi melakukan pendekatan ke Kementerian ke Kementerian ESDM kaitannya dengan harga gas, untuk memberikan kompetitifnes sehingga bisa berkompetisi," ujarnya dalam acara market review IDX Channel, Selasa (23/6/2020).

 Baca juga: Bos Krakatau Steel Ungkap Rahasia Ubah Rugi Jadi Laba

Selain itu lanjut Silmy, pihaknya juga meminta agar importase yang dilakukan oleh pemerintah bisa lebih selektif. Artinya, jika produk-produk baja yang bisa diproduksi di dalam negeri, maka pemerintah tidak perlu mengimpor.

"Dan impornya harus selekstif. Kalau yang tidak bisa dibuat okay tapi kalau bisa dibuat harus pake poroduk lokal," ucapnya.

Menurut Silmy, memang ada berkahnya ada pandemi virus corona ini. Mengingat dirinya bisa langsung menyampaikan aspirasinya kepada para pejabat terkait.

 Baca juga: Kepercayaan Jadi Kunci Krakatau Steel Kembali Untung

"Ada berkah juga karena covid ini banyak sekali tidak seketata normal para pejabat hadir dan mengetahui permasalahan. seperti misalknya SNI langsung direspon kemenperin, izin impor kemudian direspon. Termasuk penggunaan dalam negeri," jelasnya.

Silmy menjelaskan, selama ini ada beberapa alasan mengapa masih kerap terjadi impor baja dari luar negeri termasuk China. Salah satunnya adalah utilisasi pabrik baja di dalam negeri baru sekitar 50% saja.

"Alasan importir kan berbagai macam tidak mampu lah itu cerita. Tinggal kita lihat secara faktannya gimana," kata Silmy.

(Fakhri Rezy)

Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita finance lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement