Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Kenaikan Harga Minyak Tertahan, Brent Dijual USD42,6/Barel

Fadel Prayoga , Jurnalis-Rabu, 24 Juni 2020 |07:14 WIB
Kenaikan Harga Minyak Tertahan, Brent Dijual USD42,6/Barel
Harga Minyak Turun. (Foto: Okezone.com/Reuters)
A
A
A

 NEW YORK - Harga minyak tergelincir pada perdagangan Selasa, menanti perkirakan laporan pembengkakan persediaan minyak mentah AS. Sebelumnya harga minyak telah kembali dari level tertinggi sejak sebelum pandemi corona mengurangi permintaan bahan bakar.

Sebenarnya pada awal erdagangan harga minyak naik, setelah Presiden AS Donald Trump menulis dalam tweet yang menyatakan perjanjian perdagangan dengan China sepenuhnya utuh. Namun kemudian pasar resah oleh komentar mengejutkan dari penasihat perdagangan Gedung Putih Peter Navarro, yang menyatakan kesepakatan yang dimenangkan dengan China sudah berakhir.

Baca Juga: Stok AS Turun, Harga Minyak Meroket 2%

Tetapi tolok ukur minyak mentah menurun dalam perdagangan sore bukan hanya karena komentar tersebut, ekspektasi persediaan AS akan mencapai rekor tertinggi untuk minggu ketiga berturut-turut, merusak bullish baru-baru ini di kalangan investor.

Harga minyak Brent turun 45 sen atau 1,0% menjadi USD42,63 per barel, sementara minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS turun 36 sen atau 0,9% menjadi USD40,37. Demikian dilansir dari Reuters, Rabu (24/6/2020).

Baca Juga: Bergerak Naik, Harga Minyak Brent Jadi USD42,1/Barel

Menurut American Petroleum Institute, harga minyak diperkirakan memperpanjang kerugian dalam perdagangan setelah persediaan minyak mentah AS naik jauh lebih besar dari yang diprediksi sebesar 1,7 juta barel. Jumlah tersebut berbanding lebih tinggi dari ekspektasi para analis sebanyak 300.000 barel.

Sementara itu, menurut jajak pendapat Reuters, stok minyak mentah AS diperkirakan naik menjadi 539,3 juta barel dalam pekan hingga 12 Juni atau tertinggi sepanjang masa, dan diperkirakan meningkat 300.000 barel dalam pekan hingga 19 Juni.

Sebelumnya, harga minyak pada kedua kontrak yang diperdagangkan menyentuh level tertinggi sejak harga jatuh pada 6 Maret setelah Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan produsen sekutu, termasuk Rusia, gagal menyepakati pengurangan produksi. Harga jatuh lebih jauh ketika pandemi memangkas permintaan bahan bakar.

(Feby Novalius)

Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita finance lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement