JAKARTA - Bank Indonesia (BI) memperkirakan pertumbuhan ekonomi nasional pada triwulan II 2020 mengalami kontraksi. Perkembangan ini dipengaruhi oleh kontraksi ekonomi domestik pada April-Mei 2020 sejalan dengan dampak kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) untuk mencegah penyebaran pandemi Covid-19 yang mengurangi aktivitas ekonomi.
"Pertumbuhan ekonomi nasional pada triwulan II 2020 diperkirakan mengalami kontraksi, dengan level terendah tercatat pada Mei 2020," kata Gubernur BI Perry Warjiyo di Jakarta, Kamis (16/7/2020).
Baca Juga: Presiden: Kalau Lockdown, Ekonomi RI Bisa Minus 17%
Namun, kabar baiknya perkembangan terkini Juni 2020 menunjukkan perekonomian mulai membaik seiring relaksasi PSBB, meskipun belum kembali kepada level sebelum pandemi Covid-19. Beberapa indikator dini permintaan domestik menunjukkan perkembangan positif ini seperti tercermin pada penjualan ritel, Purchasing Manager Index, ekspektasi konsumen, dan berbagai indikator domestik lain, yang mulai meningkat.
"Kinerja ekspor Juni 2020 pada beberapa komoditas seperti besi dan baja juga membaik seiring peningkatan permintaan dari China untuk proyek infrastruktur," kata Perry.
Baca Juga: Direvisi, Sri Mulyani: Ekonomi RI Diprediksi Minus 4,3% di Kuartal II-2020
Ke depan, akselerasi pemulihan ekonomi domestik diharapkan dapat membaik dengan kecepatan penyerapan stimulus fiskal, keberhasilan restrukturisasi kredit dan korporasi, pemanfaatan digitalisasi dalam kegiatan ekonomi, termasuk kegiatan UMKM, serta efektivitas implementasi protokol kesehatan Covid-19 di era kenormalan baru.
Bank Indonesia melalui bauran kebijakannya akan terus memperkuat sinergi dengan Pemerintah dan otoritas terkait agar berbagai kebijakan yang ditempuh semakin efektif mendorong pemulihan ekonomi.
Sebelumnya, Kementerian Keuangan (Kemenkeu) kembali merevisi proyeksi angka pertumbuhan ekonomi nasional. Kali ini, ekonomi Indonesia di kuartal II-2020 menjadi minus 4,3% di kuartal II-2020.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan, angka ini lebih dalam dari proyeksi awal yang sebesar -3,8%. Adapun pertumbuhan ekonomi pada kuartal II tahun ini berada di antara minus 3,5% sampai minus 5,1% dengan titik terdalam yang paling baru di level -4,3%.
"Titik poinnya kita ada di minus 4,3% jadi lebih dalam dari yang kita sampaikan minus 3,8%," kata Sri Mulyani di Gedung DPR, Jakarta, Rabu (15/7/2020).
Dirinya mengatakan, penurunan ekonomi nasional yang lebih tajam ini dikarenakan beberapa sektor industri kinerjanya terkontraksi cukup dalam. Adapun sektor industri tersebut mulai dari perdagangan, pertambangan, manufaktur, hingga transportasi.
"Transportasi itu walaupun sudah ada relaksasi tapi tidak pulih karena orang tidak melakukan traveling, walau terjadi tapi masih kecil sekali, pertambangan berkontribusi negatif growth cukup dalam di kuartal II," jelasnya.
(Dani Jumadil Akhir)