JAKARTA - Direktur Jenderal Industri Agro Kementerian Perindustrian Abdul Rochim mengemukakan, industri pengolahan kopi nasional tidak hanya menjadi pemain utama di pasar domestik, namun juga dikenal sebagai pemain global.
“Di tahun 2019, ekspor produk kopi olahan memberikan sumbangan pemasukan devisa sebesar USD610,89 juta, atau meningkat sekitar 5,33% dibanding tahun 2018,” kata Abdul dalam keterangan resminya, Selasa (18/8/2020).
Baca Juga: Bos Kopi Kenangan: Jualan Kopi Itu Kualitas bukan Fasilitasnya
Capaian positif tersebut tidak terlepas dari potensi Indonesia sebagai negara penghasil biji kopi terbesar keempat di dunia, setelah Brasil, Vietnam dan Kolombia, dengan produksi rata-rata sekitar 773 ribu ton per tahun atau 8% dari produksi kopi dunia. Pada Januari-Juni 2020, di masa pandemi Covid-19, neraca perdagangan produk kopi olahan nasional masih mengalami surplus sebesar USD211,05 Juta.
“Saat ini, ekspor produk kopi olahan didominasi produk kopi olahan berbasis kopi instan, ekstrak, esens dan konsentrat kopi yang tersebar ke sejumlah negara tujuan utamanya seperti di kawasan ASEAN, China, dan Uni Emirat Arab,” imbuhnya.
Baca Juga: Ambil Peluang, Pria Ini Sukses Usaha Face Shield Bergambar Superhero
Guna meningkatkan daya saing produk kopi olahan Indonesia, Kemenperin terus aktif mendorong pengembangan sektor industrinya melalui penerapan berbagai kebijakan strategis. Misalnya, berupaya meningkatkan kapasitas sumber daya manusia seperti barista, roaster, dan penguji cita rasa (cupper).
Selanjutnya, peningkatan nilai tambah biji kopi di dalam negeri, dan peningkatan mutu kopi olahan utamanya kopi sangrai (roasted bean) melalui penguasaan teknologi roasting, pengembangan standar produk (SNI) dan standar kompetensi kerja (SKKNI).