JAKARTA - Pemerintah telah membuka pusat perbelanjaan sejak 15 Juni 2020. Protokol pembukaan pusat perbelanjaan, baik mal maupun pasar tradisional juga telah diatur dengan ketat.
Namun, sudah dua bulan lebih mal dibuka tampaknya belum terlihat pertumbuhan yang signifikan. Pasalnya, pusat perbelanjaan masih terlihat sepi walaupun ada peningkatan pengunjung yang sedikit.
Akan tetapi, pertumbuhan tersebut mulai kembali rusak karena kembali naiknya tingkat positif virus Corona atau Covid-19 di Indonesia, khususnya DKI Jakarta.
Baca juga: Protokol Kesehatan Diabaikan, Pengusaha Mal: Rusak Semua
Oleh sebab itu, Jakarta, Sabtu (22/8/2020), berikut fakta-fakta soal sepinya mal setelah dibuka 2 bulan lebih:
1. Mal Sudah dibuka selama 2 bulan lebih
Pemerintah telah membuka pusat perbelanjaan sejak 15 Juni 2020. Terhitung, hingga saat ini sudah sekira 2 bulan lebih dibuka kembali.
2. Pengunjung sempat meningkat pelan-pelan
Ketua Umum Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI) Stefanus Ridwan mengatakan, pengunjung mal pelan-pelan meningkat. Namun, baru-baru ini kembali sepi walaupun protokol masih dijalankan.
Baca juga: Pengusaha Mal Ragu Ekonomi RI Membaik, Gimana Nih?
3. Kasus Covid-19 Meningkat buat Pengunjung mal Nge-drop
Kasus Covid-19 di Indonesia terus menunjukkan tren peningkatan, bahkan jumlahnya sudah melampaui China. Fenomena tersebut berdampak kepada sepinya pengunjung mal karena takut terpapar pandemi tersebut.
"Pelan-pelan (pengunjung) meningkat. Begitu Jakarta meningkat lagi kasusnya, drop lagi malnya," kata Ketua Umum Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI) Stefanus Ridwan.
4. Isu klaster perkantoran dan mal buat mal Sepi Lagi
Ketua Umum Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI) Stefanus Ridwan mengatakan, penyebab lainnya adanya pernyataan dari berbagai ahli yang menyatakan aktivitas di mal dan perkantoran bakal menimbulkan klaster baru corona.
"Jadi yang tadinya udah buka, udah mulai tutup lagi. Pengeluaran lebih besar daripada pendapatan," kata dia.
5. Protokol kesehatan di mal yang diabaikan akan rusak semuanya
Ketua Umum APPBI Stefanus Ridwan mengatakan, bila protokol kesehatan tetap diabaikan masyarakat, maka segala aktivitas ekonomi akan runtuh.
"Tapi kalau mengabaikan itu dan enggak berusaha memperbaiki diri, ya rusak semuanya," ujarnya.
6. Pengusaha beberkan alasan mal masih sepi
Wakil Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Shinta Kamdani menyebut pengendalian Covid-19 harus berjalan. Hal ini ditandai dengan harus mematuhi protokol kesehatan yang sudah diterapkan.
Shinta mengatakan, hal ini penting dilakukan sebagai salah satu cara untuk membangkitkan perekonomian. Sebab, jika tidak dilakukan secara konsisten, maka confidence di masyarakat tidak akan ada.
"Sehingga (masyarakat) tidak merasa aman juga untuk membelanjakan uangnya, kalau kita lihat di mal-mal masih banyak yang sepi," ujar Shinta.
Oleh karena itu, Shinta menyebut penting untuk semua pemangku kepentingan termasuk masyarakat dan pelaku usaha untuk turut serta dalam mengikuti aturan dalam protokol Covid-19.
"Jadi, ini tidak bisa kalau pemerintah cuma menegakkan tapi kita tidak mengikuti enggak bisa maksimal juga. Memang ini butuh satu awareness, satu kesadaran dari semua masyarakat betapa pentingnya kita mengikuti protokol kesehatan," ucapnya.
(Fakhri Rezy)