JAKARTA - Indonesia dipastikan akan masuk ke jurang resesi pada kuartal III-2020 nanti. Kontraksi ekonomi itu terjadi akibat pasar tak mampu menahan tekanan yang timbul akibat meningkatnya kasus Covid-19 di Tanah Air.
Meski begitu, masyarakat diminta tak pesimis menatap masa depan perekonomian Indonesia. Pasalnya, negara agraris ini sudah pernah melalui krisis ekonomi hingga berujung depresi pada medio 1960 hingga 1966.
Baca Juga: Indonesia Terancam Resesi, Biasanya Orang Selalu Tahan Duit
"Paling parah itu tahun 1960. Itu saja kita bisa lewati," Direktur Riset CORE Piter Abdullah saat dihubungi, Rabu (30/9/2020).
Dia meyakini gejolak ekonomi ini akan bisa diakhiri oleh Indonesia. Hal itu dibutuhkan sebuah kekompakan dari seluruh elemen masyarakat dan pemerintah untuk mematuhi protokol kesehatan Covid-19.
Menurut dia, seluruh masyarakat Indonesia harus bergotong-royong dalam mencapai tujuan yang sama, yaitu memutus mata rantai penyebaran Covid-19 ini. Diharapkan, untuk meninggalkan egonya masing-masing demi penurunan angka penderita wabah tersebut.
Baca Juga: Industri Manufaktur Bisa Bangkit di Tengah Krisis
"Yang lebih berat saja kita bisa ke luar, apalagi yang ini," ujarnya.
Sebagai informasi, antara tahun 1960-1966, perekonomian Indonesia bisa dibilang amat kacau balau akibat jumlah uang yang beredar di masyarakat naik hingga ratusan kali lipat. Akibatnya, angka inflasi di Tanah Air mencatatkan rekor yang tertinggi, yaitu mencapai 630% pada 1966.
Situasi bertambah mencekam karena saat itu Indonesia sedang dilanda keguncangan setelah peristiwa G30S 1965. Kecemasan masyarakat atas gejolak politik dan situasi ekonomi yang kian memburuk menambah krisis kepercayaan terhadap pemerintah. Gelombang demonstrasi pun dilakukan sejak awal 1966.
(Kurniasih Miftakhul Jannah)