Ketua KMB, TGK Salahuddin AB yang juga Kepala Desa Ulee Madon mengatakan, ide kerajinan bonsai muncul saat dirinya mengikuti bimbingan teknis di Lembang, Jawa Barat. Saat itu, ia melihat kerajinan bonsai kelapa dan terpikir untuk membuatnya di Aceh.
Lantas, setibanya di Aceh, dia langsung mengajak masyarakat untuk membuat komunitas pengrajin hingga akhirnya saat ini telah bisa membuat banyak kerajinan dan berhasil dipasarkan sampai ke luar daerah Aceh.
Menurutnya, selama pandemi Covid-19, komunitas seni yang telah terbentuk tersebut lebih fokus lagi untuk membuat bonsai kelapa.
"Proses pembuatan berbagai jenis bonsai membutuhkan waktu berbulan-bulan bahkan sampai dua tahun untuk membentuknya sesuai keinginan," ungkap Mundasir sebagai salah satu pengrajin bonsai kelapa.
Hingga saat ini, komunitas bonsai kelapa sudah memiliki anggota sebanyak 80 orang dan tersebat di berbagai kecamatan di Kabupaten Aceh Utara.
Bonsai sendiri merupakan metode pengerdilan tanaman secara sengaja untuk membentuk karya tanaman hias dengan ukuran kecil daripada ukuran aslinya di alam pada umumnya.
Selain itu, bonsai kelapa juga merupakan replika pohon kelapa asli atau pohon kelapa berukuran kecil dan perawatannya membutuhkan kesabaran dan ketelatenan ekstra agar hasilnya bagus dan unik.
Selama delapan bulan terakhir ini, KMB telah menjual sebanyak 50 pot bonsai ke berbagai tempat di wilayah Aceh Utara. Untuk jenis kelapa yang digunakan juga menentukan keindahan dan ketahanan dari bonsai.
Para pengrajin biasanya mencari jenis kelapa gading dan jeumpa untuk menjaga ukurannya agar tetap kecil.
(Kurniasih Miftakhul Jannah)