 
                "Pelemahan kinerja ekspor yang konsisten terjadi akibat beberapa negara masih memberlakukan pengetatan mobilitas penduduknya, sementara kapasitas produksi industri skala menengah-besar juga menyesuaikan dengan melemahnya sisi permintaan. Tren pelemahan ekspor masih terjadi hingga tahun 2021," katanya.
Di sisi impor yang perlu menjadi perhatian adalah penurunan impor barang konsumsi baik secara bulanan sebesar -6,12% maupun secara kumulatif dari Januari-september 2020 sebesar -9,36%. Penyebab utama menurunnya impor barang konsumsi karena masyarakat kelas menengah ke atas cenderung menunda belanja dan memperbanyak simpanan. Sementara meningkatnya angka PHK akibat pandemi membuat daya beli kelas pekerja semakin turun.
Hal ini juga dipengaruhi oleh belum efektifnya stimulus PEN dalam memicu perbaikan daya beli masyarakat. Penanganan pandemi yang kurang optimal juga membuat keyakinan masyarakat untuk berbelanja masih rendah.
"Jadi dapat disimpulkan surplus yang berturut turut merupakan indikasi ekonomi Indonesia masih menghadapi kontraksi ekonomi yang dalam," tandasnya.
(Fakhri Rezy)