Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Penyebab Masyarakat RI Masih Banyak Tinggal di Rumah Kumuh

Rina Anggraeni , Jurnalis-Kamis, 15 Oktober 2020 |17:19 WIB
Penyebab Masyarakat RI Masih Banyak Tinggal di Rumah Kumuh
Sri Mulyani (Okezone)
A
A
A

JAKARTA - Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani mengungkapkan alasan banyak masyarakat Indonesia tinggal dihunian yang kumuh atau tidak layak. Hal ini dikarenakan permasalahan sektor perumahan dan sektor permukiman di Indonesia adalah terkait dengan keterjangkauan, karena daya beli masyarakat, terutama dari kelompok bawah, sangat tidak mampu untuk bisa mendapatkan rumah yang layak.

"Permasalahan sektor perumahan dan sektor permukiman di Indonesia adalah terkait dengan keterjangkauan atau affordability. Daya beli masyarakat kita terutama dari kelompok bawah sangat tidak mampu untuk bisa mendapatkan rumah yang layak," kata Sri Mulyani dalam video virtual, Kamis (15/10/2020).

 Baca juga: Sri Mulyani: Tinggal di Rumah Sehat Jadi Kebutuhan

Dia melanjutkan di sektor konstruksi perumahan adalah masalah standar keandalan bangunan. Ini tidak hanya terkait erat dengan kualitas dari masyarakat yang tinggal di rumah-rumah dengan keandalan bangunan yang tidak memadai, namun juga dari sisi keselamatan mengingat Indonesia merupakan negara yang rawan bencana.

"Selain itu kendala lainnya adalah perencanaan tata ruang atau urban planning, di mana perumahan dan permukiman semakin jauh dari pusat kota," katanya.

 Baca juga: Investor Lebih Pilih Properti Dibandingkan Saham saat Covid-19

Sambung dia, tanpa jaringan infrastruktur yang memadai, masyarakat tentu akan merasa sangat terbebani dengan adanya lokasi perumahan yang sangat jauh dari tempat mereka bekerja.

" Dari sisi urban planning, tata ruang yang meluas dalam bentuk urban sprawl pasti akan menciptakan kondisi ekosistem yang juga sangat tidak efisien, termasuk emisi CO2 yang meningkat," tandasnya.

(Fakhri Rezy)

Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita finance lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement