JAKARTA - Dana Moneter Internasional menurunkan prospek pemulihan ekonomi di Timur Tengah dan Asia Tengah. Diperkirakan kontraksi 4,1% menjadi minus 1,3 atau persentase lebih buruk dari penilaian sebelumnya di April 2020.
Direktur Departemen IMF untuk Timur Tengah dan Asia Tengah Jihad Azour mencatat, disparitas besar dalam kerugian ekonomi antara negara pengimpor dan pengekspor minyak karena kawasan itu dilanda pandemi virus korona dan anjloknya harga minyak.
Baca Juga:Â Ramalan Terbaru IMF, Ekonomi Dunia Minus 4,4%
"Jika digabungkan, kedua guncangan itu menyebabkan penurunan tajam dalam aktivitas ekonomi yang berbeda antara negara pengekspor minyak dan pengimpor minyak. Rata-rata, kami akan melihat pertumbuhan menjadi negatif 6,6% untuk negara pengekspor minyak, dan pertumbuhan negatif 1% untuk semua negara pengimpor," kata Azour seperti dilansir dari CNBC, Rabu (21/10/2020).
Dia menambahkan bahwa akan ada perbedaan antara negara-negara dalam setiap kelompok. Lalu harga minyak akan menjadi faktor terpenting untuk pemulihan eksportir minyak, terutama negara-negara seperti Arab Saudi, Irak, Iran, UEA, Bahrain dan Kuwait, yang komoditasnya menjadi mayoritas pendapatan.
Baca Juga:Â Pesan Tegas Sri Mulyani ke Pegawai Bea Cukai
Sementara harga telah pulih dari kejatuhan bersejarahnya pada Maret, patokan internasional minyak mentah Brent masih diperdagangkan hampir 40% di bawah level pra-pandemi. Brent dijual USD42,87 per barel pada Senin waktu setempat.
Harga minyak akan tetap di bawah tekanan
IMF tidak melihat harga minyak melakukan pemulihan dramatis dalam waktu dekat, sehingga diperkirakan harga dalam kisaran USD40 hingga USD50 pada 2021. Itu masih setengah dari angka USD80 per barel yang dibutuhkan OPEC dalam menyeimbangkan anggarannya.