JAKARTA - Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) melalui Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan (BRSDM) mengembangkan budidaya ikan dengan memanfaatkan lahan bekas galian tambang di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Rencana ini mendapat dukungan penuh dari Pemerintah Provinsi Bangka Belitung.
Provinsi Bangka Belitung telah lama dikenal sebagai salah satu daerah penghasil timah yang memberikan kontribusi nyata terhadap pendapatan daerah. Timah telah ditambang di provinsi ini sejak zaman Belanda pada abad ke-17 dan kemudian beralih secara resmi ke Indonesia pada 1952.
Baca Juga:Â Menteri Edhy Tak Puas soal Kucuran Kredit Modal Usaha KKP, Kenapa?
Harga timah yang mahal selalu menjadi daya tarik atas keberadaan usaha penambangan timah bagi perusahaan dan masyarakat, baik dari dalam maupun luar Provinsi Bangka Belitung. Bekas galian tambang atau yang lebih dikenal dengan kolong, dengan luas mencapai 1.712 hektare (2015), adalah ruang air yang potensial untuk pengembangan ikan lokal perairan darat, yang tidak hanya bermanfaat dari sisi konservasi dan kelestarian biodiversitas ikan, namun juga sumber penghasilan baru bagi masyarakat pelaku utama/usaha perikanan di Bangka Belitung.
KKP akan melaksanakan Program Pelangi, yaitu Pemanfaatan Lahan Bekas Tambang untuk Pengembangan Perikanan. Dalam pengembangan beraneka ragam ikan hias air tawar di Bangka Belitung ini juga akan dibuat sebuah kawasan konservasi perikanan darat.
Baca Juga:Â RI Mencari 'Harta Karun' Laut di Wilayah 3T
Menurut Kepala Pusat Perikanan KKP Yayan Hikmayani, yang diwakili oleh Kepala Balai Riset Perikanan Perairan Umum dan Penyuluhan Perikanan (BRPPUPP) Palembang Arif Wibowo, Bangka Belitung memiliki habitat ikan darat lokal yang bila dikembangkan akan mempunyai nilai ekonomis yang tinggi, sehingga dapat menjadi salah satu penyangga ekonomi di daerah ini.
"Provinsi ini memiliki sumber daya ikan hias lokal/endemik potensial dapat beradaptasi dan dapat dikembangan dengan kemampuan bertahan pada pada lingkungan perairan pH (Power of Hydrogen) asam di kolong bekas tambang, seperti Betta burdigala, Betta chloropharynx, Parosphromenus bintan, Trigonostigma heteromorpha dan Trichogaster trichopterus," ujar dia dalam keterangan tertulisnya, Kamis (29/10/2020).
Kemudian, lanjut dia, terdapat banyak tantangan berat yang dihadapi dalam mewujudkan Program Pelangi ini. Setidaknya komitmen dari berbagai pihak dapat memberikan angin segar dan memberi semangat mensukseskan program ini.