JAKARTA - Pandemi Covid-19 memberikan perubahan atas kebiasaan orang belanja. Selama pandemi, masyarakat hanya membeli produk-produk tertentu saja.
"Hal-hal seperti impulse buying hilang saat pandemi. Orang masuk supermarket biasanya akan mengeluarkan rata-rata perhitungan peritel Rp200.000-Rp250.000 sekarang cukup untuk beli ikan, beli sayur dan daging yang mungkin Rp100.000 pun sudah cukup dan cepat-cepat pulang," kata Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Retail Indonesia (Aprindo) Roy N Mandey, Sabtu (6/11/2020).
Baca Juga: Orang Kaya Tahan Uang untuk Belanja, Aprindo: Memang Situasi Belum Normal
Dia menjelaskan, jika dilihat dari strata kebutuhan ada yang utama, secondary dan tersier. Nah biasanya, tersier disebut impulse buying (belanja yang tidak direncanakan biasanya lebih besar dari belanja yang direncanakan).
"Contohnya saja ketika melihat diskon buy one get one, sehingga membuat pengunjung membelinya, namun itu sekarang hilang," terangnya.
Baca Juga: Pelaku Usaha Belum 100% Terapkan Protokol Kesehatan
Selama pandemi, barang nomor satu paling dicari adalah produk higienitas. Hal itu tidak bisa dipungkiri karena masyarakat banyak yang mencari masker, hand sanitizer dan desinfektan.
"Kalau dicari di toko kesehatan apotek sangat terbatas paling gampang carinya di supermarket atau di ritel modern. Itu yang sangat signifikan naiknya. Kelipatannya luar biasa besar hampir 150%- 200% dari pada kondisi normal," ujarnya.
Kedua produk yang meningkat penjualannya adalah makanan dan minuman siap saji yang sifatnya instan. Di antaranya mi instan, air minum kemasan dan sebagainya.
(fbn)