JAKARTA- Teknologi Finansial atau Fintech memiliki potensi besar dalam mempercepat inklusi keuangan. Penggunaan teknologi dapat mengakses layanan keuangan dengan aman, nyaman, dan berbiaya terjangkau.
“Selamat atas peluncuran IFSoc. Saya memiliki keyakinan bahwa ini bisa mengangkat potensi, tantangan, dan lanskap kebijakan terkait fintech di masa mendatang,” ujar Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartato, dalam video virtual, Selasa (10/11/2020).
Baca Juga: Kolaborasi Fintech dengan Perbankan di Indonesia, Saling Untung?
Airlangga menjelaskan, fintech akan terus memainkan peranan penting dalam inklusi keuangan yang sudah mencapai sekitar 76%.
“Saya percaya kita bisa memenuhi target keuangan yang inklusif di tahun 2024 sebesar 90%,” terangnya.
Oleh karenanya, digitalisasi layanan keuangan akan menjadi isu krusial dan menjadi tantangan bersama, termasuk soal kebutuhan infrastruktur yang lebih kuat.
"Termasuk soal kebutuhan infrastruktur yang lebih kuat," katanya.
Sementara itu, pada 2019, laporan Google, Temasek, dan Bain & Co menunjukkan bahwa ekonomi digital Indonesia adalah yang terbesar dengan pertumbuhan tercepat di ASEAN.
Baca Juga: Investasi Bodong Merajarela, OJK: Kuncinya Logis dan Legal
Fintech memilki peranan besar dalam hal ini, dengan estimasi nilai sebesar USD40 miliar dan pertumbuhan tahunan sebesar hampir 50%.
“Pada tahun 2025, fintech diperkirakan bernilai lebih dari USD100 miliar, didorong terutama oleh pembayaran digital, e-commerce, layanan transportasi online, distribusi barang, dan lain-lain,” papar Airlangga.
Pada tahun ini, Indonesia juga terus mengejar Singapura dalam jumlah fintech. Singapura memiliki 39% dari seluruh jumlah fintech di ASEAN, diikuti oleh Indonesia (20%), Malaysia (15%), dan Thailand (10%).