JAKARTA - Indonesia mempunyai target ambisius untuk menahan laju perubahan iklim dengan penurunan emisi 0.834 hingga 1.081 giga ton. Sumber emisi itu berasal dari kehutanan, pertanian, energi, industri dan transportasi serta limbah, dengan proporsi terbesar di sektor kehutanan dan energi.
Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Siti Nurbaya Bakar menjelaskan, target penurunan emisi ini sangat penting dan perlu kerja keras semua pihak, termasuk dunia industri. Dikemukakan Siti Nurbaya, dari aspek energi dan industri juga sangat penting. Indikasi penurunan industri dr segala jenis industri dalam analisis Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan (Proper) 2020 hingga penurunan 131 juta ton karbon merupakan indikasi yang penting dan akan didalami bersama-sama sektor nya yang terkait.
Baca Juga: Begini Pengaruh Iklim terhadap Perubahan Permukaan Laut
Sumber itu dari 972 usaha agroindustrk, 584 usaha industri manufaktur prasarana jasa dan 482 usaha pertambangan energi dan migas.
“Saya ingin semakin memperjelas posisi Indoensia dalam ambisi menurunkan emisi karbon,” tegas Menteri Siti, Selasa (15/12/2020).
Baca Juga: Gubernur Anies Terpilih sebagai Wakil Ketua C40 Cities
Sebelumnya, ketika memberikan sambutan pemberian penghargan Proper 2020 KLHK, di Kementerian LHK, Senin (14/12), Menteri Siti mengungapkan, selama 23 tahun, Indonesia memiliki sistem pengukuran kinerja perusahaan dengan hasil-hasil analisis yang terukur. Terutama sebagai contoh misalnya dalam kaitan elemen emisi GRK.
Program dari Wolrd Bank, FCPF di Kaltim telah menghasikan prestasi penurunan emisi 22 Juta ton GRK dan telah dinilai RBP nya mencapai 110 Juta USD.
Dibandingkan dengan hasil emisi GRK selama 2020, kata Siti Nurbaya, dari upaya dunia usaha sebanyak 131 Juta ton, maka bisa dilihat bahwa emisi dari dunia usaha sangat penting dan berpotensi besar. Tentu teknik dan metode penghitungan ini akan divalidasi sesuai standard yang telah dikonsultasikan dan disetujui Sekretariat UNFCCC.