Meskipun begitu, ada beberapa pekerjaan rumah yang harus dilakukan oleh Erick Thohir di tahun depan. Pertama adalah bagaimana pemerintah bisa menyelesaikan permasalah pandemi covid-19.
Karena menurutnya, jika pandemi masih berlangsung, akan sangat percuma berbagai usaha dan target yang sudah ditetapkan. Sambil menunggu pandemi selesai, ada baiknya Erick Thohir melakukan pembenahan di dalam tubuh BUMN.
"Pandeminya . Enggak usah muluk-muluk kalau pandeminya belum selesai enggak usah yang ngomongin muluk-muluk. Jadi pandemi itu adalah kuncinya pintunya gerbangnya. enggak usah ngomongin yang macem-macem. Sekarang yang jelas yang direncanakan itu dilaksanakan. Kan merencanakan BUMN, efisiensi BUMN. Iya itu yang paling penting," ucapnya.
Baca Juga:
Mengenai beberapa merger yang dilakukan Erick Thohir pada perusahaan BUMN, ada beberapa hal yang dianggap positif dan ada juga yang negatif. Seperti misalnya penggabungan perbankan syariah milik Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang diberi nama Bank Syariah Indonesia (BSI).
Menurut Piter pembentukan Bank Syariah Indonesia merupakan langkah yang bagus. Karena Bank Syariah Indonesia sendiri memiliki pasar dan potensi yang sangat besar.
Dengan penggabungan yang dilakukan oleh Erick Thohir, Bank Syariah kini sudah masuk ke dalam 10 besar perbankan terbesar di Indonesia. Dirinya memperkirakan bahwa perbankan syariah milik perusahaan BUMN ini akan bisa masuk ke dalam perbankan buku 4 pada dua hingga tiga tahun ke depan.
"Baru penggabungan, belum running jadi kalau dia setelah running dua tahun tiga tahun ke depan ini masuk ke kelompok bank buku empat. Jadi ini potensinya besar tinggal bagaiaman realisasi," jelas Piter.
Sementara untuk wacana penggabungan perusahaan BUMN untuk pembiayaan ultra mikro, Piter menyebutnya sebagai langkah yang buruk. Karena akan menghancurkan masing-masing perusahaan yang ada di dalamnya.
Piter menjelaskan, dari sisi pasar tiga perusahaan BUMN ini memiliki perbedaan yang sangat mencolok. Adapun bank BRI adalah target pasarnya untuk mereka yang bankable, sedangkan untuk PNM, target pasarnya adalah untuk para pelaku usaha yang tidak bankable, sedangkan untuk pegadaian target pasarnya adalah bukan untuk pelaku usaha.
"Kalau itu penggabungan itu saya sangat tidak sependapat. Karena mikro itu berbeda-beda. Jadi penggabungan BRI, Pegadaian dan PMN itu berpikir terlalu jauh. Karena usaha mikro itu harus dibedakan, ada kelompok-kelompoknya. UMKM itu sendiri udah usaha mikro kecil menengah. Mikro Kecil Menengah itu bedanya besar sekali. Mikro pada umumnya tidak bankable, kecil dan menengah ada yang bankable ada yang tidak bankable. Menengah itu bankable. Jadi dari sini saja sudah kelihatan berbeda," jelasnya.
Lalu pekerjaan rumah yang harus menjadi fokus Erick Thohir untuk membenahi BUMN di tahun depan adalah dengan fokus dalam pengembangan pasar domestik. Menurutnya, untuk bisa menjadi perusahaan yang top global, maka harus bisa menggarap pasar domestik terlebih dahulu.