Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Garuda Kembalikan 12 Pesawat Bombardier, NAC Tak Merespons

Suparjo Ramalan , Jurnalis-Rabu, 10 Februari 2021 |14:45 WIB
Garuda Kembalikan 12 Pesawat Bombardier, NAC Tak Merespons
Garuda Indonesia Kembalikan 12 Pesawat Bombardier CRJ 1000. (Foto: Okezone.com/Garuda Indonesia)
A
A
A

JAKARTA - Proses negosiasi antara PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk dengan Nordic Aviation Capital atau NAC terkait pengembalian 12 pesawat Bombardier CRJ 1000 dilakukan berulang kali. Meski begitu Kementerian BUMN memutuskan telah mengakhiri lebih awal (early termination) kontrak operating lease sejak 1 Februari 2021.

Menteri BUMN Erick Thohir menyebut, manajemen Garuda Indonesia terus berupaya menyelesaikan kontrak dengan NAC yang nantinya berakhir pada 2027.

Bahkan, dalam prosesnya pihak NAC belum memberikan sikap respons terhadap upaya tersebut.

Baca Juga: Dugaan Suap Garuda, Erick Thohir Kembalikan 12 Pesawat Bombardier

"Proses negosiasi ini sudah terjadi berulang kali antara Garuda dan NAC, dan tentu ini niat baik kami. Tapi sayangnya early termination ini belum mendapat respons dari mereka," ujar Erick Thohir dalam konferensi pers secara virtual Rabu (10/2/2021).

Pemerintah sendiri sudah mengakhiri kontrak operating lease dengan NAC. Keputusan itu didasari pada keputusan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) serta penyelidikan oleh Serious Fraud Office (SFO) Inggris terkait indikasi tidak pidana suap dari pihak pabrikan kepada oknum pimpinan Garuda Indonesia saat proses pengadaan pesawat 2011 silam.

Keputusan juga didasari pada pertimbangan tata kelola perusahaan yang baik dan profesionalitas.

Baca Juga: 12 Pesawat Bombardier Dikembalikan, Erick Thohir: Efisiensi Keuangan Garuda

"Tentu keputusan ini ada landasan, kita tahu bagaimana kita mempertimbangkan tata kelolah yang baik, transparan, akuntabilitas dan profesionalitas. Bagaimana juga kita melihat dari keputusan dari KPK dan juga penyelidikan Serious Fraud Office Inggris terhadap indikasi terhadap indikasi oknum pimpinan Garuda, poin ini sangat menjadi landasan," kata dia.

Erick juga menilai pesawat Bombardier CRJ 1000 tidak efektif bagi perusahaan lantaran karakteristiknya tidak sesuai dengan market di Indonesia.

Sebagai informasi, Garuda Indonesia melakukan pengadaan pesawat Bombardier CRJ 1000 sejak 2012 hingga 2015 secara bertahap. Pesawat ini melayani rute pendek di Indonesia Timur pada awal pengoperasiannya.

Halaman:
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita finance lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement