JAKARTA - Ekonomi Jepang berkembang lebih dari yang diharapkan pada kuartal keempat tahun 2020. Hal ini sebagai bentuk pemulihan dari adanya resesi karena terjadi perbaikan dalam sisi permintaan luar negeri untuk mendorong ekspor dan belanja modal.
Tetapi pemulihan itu menunjukkan penurunan jika dibandingkan kuartal ketiga. Itu karena pemerintah menerapkan kebijakan pencegahan penyebaran virus corona tanpa menghentikan pemulihan yang rapuh.
Baca Juga: Ekonomi China dan Jepang Cepat Pulih, Eropa-AS Tertekan
Ekonomi terbesar ketiga di dunia ini tumbuh 12,7% tahunan pada Oktober-Desember. Ini menandai kenaikan kuartal kedua berturut-turut dan melebihi perkiraan pasar rata-rata untuk kenaikan 9,5%.
Itu adalah penurunan dari lonjakan 22,7% yang direvisi pada kuartal sebelumnya, ketika ekonomi mendapat dorongan dari permintaan yang terpendam setelah keadaan darurat sebelumnya dicabut pada Mei.
Baca Juga: Toshiba Mundur dari Proyek PLTU Demi Kurangi Emisi Gas Karbon
"Pemulihan kuartal keempat ternyata lebih kuat dari yang diharapkan. Memang benar bahwa ekonomi mengalami kontraksi untuk tahun 2020. Tapi itu terus meningkat sejak musim panas, didorong oleh permintaan domestik dan eksternal," kata ekonom senior di Nomura Securities Masaki Kuwahara seperti dilansir dari Reuters, Senin (15/2/2021).
Konsumsi swasta, yang membentuk lebih dari separuh ekonomi, naik 2,2%, melambat dari kenaikan 5,1% di kuartal sebelumnya tetapi melebihi perkiraan pasar untuk kenaikan 1,8%.
Sebuah rebound global dalam aktivitas manufaktur juga memberikan dorongan yang sangat dibutuhkan ekspor dan belanja modal, data menunjukkan.
Permintaan eksternal, atau ekspor dikurangi impor, menambahkan 1,0% poin ke pertumbuhan PDB kuartal keempat. Belanja modal tumbuh 4,5%, menandai peningkatan pertama dalam tiga kuartal, data menunjukkan.
Follow Berita Okezone di Google News