JAKARTA - Kalangan perajin batik menyatakan permintaan produk mereka semakin menurun bahkan sepi selama pandemi COVID-19. Penurunan penjualan batik dikeluhkan perajin batik di Desa Candirejo, Borobudur, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah.
Perajin batik warga Desa Candirejo, Kecamatan Borobudur Sariyati (37) di Magelang, Selasa, menyampaikan hingga sekarang usahanya masih sepi karena tidak ada wisatawan yang datang.
Baca Juga: Menkop Teten: Saatnya Milenial Jadi Petani dan Peternak
Perajin batik di Desa Candirejo menggunakan pewarna alam yang dibuat sendiri, antara lain menggunakan pewarna dari daun singkong, kulit rambutan, dan daun jambu.
Harga kain batik dengan pewarna alam ini berkisar Rp800 ribu hingga Rp2,5 juta per lembar.
Menurut dia selama pandemi ini seandainya ada wisatawan yang datang mereka hanya belajar membatik di sapu tangan yang sudah menjadi satu paket dalam kunjungan, jarang sekali mereka membeli kain batik.
Baca Juga: Ada Pabrik Tempe di Jepang hingga Dikenal Sampai Meksiko
"Selama pandemi ini dalam satu bulan hanya laku satu hingga dua lembar kain batik. Padahal, sebelum pandemi dalam satu minggu saja bisa laku puluhan lembar kain batik," katanya dilansir dari Antara, Sabtu (12/6/2021).
Perajin batik yang lain Atik (45) mengatakan dampak pandemi sangat dirasakan perajin batik di Desa Candirejo.
"Untung para perajin batik di sini mempunyai pekerjaan yang lain, seperti bertani, berdagang, dan mengelola home stay sehingga tetap bisa bertahan selama pandemi ini," katanya.
Baca Juga: BuddyKu Fest: 'How To Get Your First 10k Follower'
Follow Berita Okezone di Google News