JAKARTA - PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) menyebut, prospek emisi obligasi korporasi pada semester dua 2021 masih akan dibayangi oleh sentimen melonjaknya penyebaran virus corona di Indonesia. Hal ini akan menghambat proses pemulihan ekonomi Indonesia ditambah PPKM Darurat sejak 3 Juli lalu.
Direktur Utama Pefindo, Salyadi Saputra menuturkan, selain memperlambat pemulihan ekonomi, persepsi risiko investasi di Indonesia juga akan meningkat di mata para investor. Akibatnya, potensi serapan surat utang korporasi pun akan menurun.
Baca Juga: Daftar Agenda Emiten Hari Ini, Ada yang Bayar Dividen!
“Hal ini akan membuat korporasi berpikir dua kali sebelum melakukan emisi surat utang,” katanya dalam diskusi daring Pefindo di Jakarta, kemarin.
Sentimen lain, lanjut Salyadi yang akan mempengaruhi outlook obligasi korporasi Indonesia adalah langkah tapering The Fed yang hingga kini belum jelas. Dirinya menjelaskan, meskipun kebijakan tapering belum akan dilakukan pada tahun ini, risiko pada pasar obligasi korporasi akan tetap terlihat. Pasalnya, Investor telah memasang sikap waspada terhadap Indonesia menyusul lonjakan kasus positif virus corona beberapa waktu belakangan.
Baca Juga: Investor Domestik Bikin IHSG 'Kebal' Covid-19?
Kenaikan risiko pasar tersebut memicu terjadinya outflow dari pasar surat berharga negara yang akan turut berimbas pada kenaikan imbal hasil (yield) Surat Utang Negara (SUN). “Akibatnya, yield dan kupon obligasi korporasi juga akan semakin tinggi,” jelasnya.
Dia melanjutkan, kenaikan risiko tersebut akan membuat emiten cenderung lebih selektif dan waspada sebelum melakukan emisi obligasi pada semester II/2021. Salyadi mengatakan, kebanyakan perusahaan yang merencanakan emisi surat utang pada paruh kedua tahun ini bertujuan melakukan refinancing utang obligasi yang sudah ada.