JAKARTA - Kondisi pasar modal Indonesia masih bergantung pada upaya pemerintah bersama-sama masyarakat dalam menangani pandemi Covid-19. Di mana setiap kebijakan pemerintah terkait Covid-19 sangat berpengaruh pada kinerja pasar modal Indonesia.
"Meskipun demikian, OJK menilai pelaku pasar sudah cukup siap dalam merespon hal tersebut sehingga tidak terjadi gejolak sebagaimana kebijakan yang sama di tahun 2020," ujar Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Hoesen, dikutip dari Harian Neraca, di Jakarta, Kamis (12/8/2021).
Baca Juga:Â Ada 740 Emiten, Pencapaian Tertinggi Pasar Modal Indonesia di Asean
Terbukti sampai dengan saat ini, lanjut Hoesen, pasar masih bergerak datar atau sideways dengan tren IHSG masih mencoba bertahan di level 6.000 dan terkadang menunjukkan penguatan seiring dengan kondisi pemulihan ekonomi nasional.
Tengok saja, kinerja pasar modal di triwulan pertama 2021 berjalan sangat baik. Dimana pada penutupan perdagangan 13 Januari 2021, IHSG sempat mencatatkan posisi tertinggi yakni berada di posisi 6.435,21 poin.
Baca Juga:Â Banyak Tarik Investor, IPO Unicorn Gairahkan Perdagangan Saham
Namun, seiring berjalannya waktu, pada triwulan II terdapat sentimen global yang menurunkan kinerja pasar modal domestik, antara lain munculnya varian baru Covid-19, yaitu varian delta di India, kebijakan lockdown di beberapa negara, pernyataan Organisasi Kesehatan Internasional atau WHO yang menerangkan bahwa pandemi belum akan berakhir, meskipun semua negara telah berupaya secara optimal meningkatkan vaksinasi sehingga hal ini mengakibatkan tingginya aksi jual dan menurunnya tren kinerja bursa Asia,
”Sebagai dampak dari hal tersebut, pada 19 Mei 2021, IHSG sempat berada pada posisi terendah yaitu sebesar 5.760,58 poin," kata Hoesen.