JAKARTA- Pelajar perlu dibekali pemahaman keuangan yang memadai, karena termasuk dalam kategori pelaku ekonomi yang sangat strategis. Di mana jumlah pelajar sekitar 65 juta atau 25% dari total penduduk Indonesia.
"Selain itu survei OJK 2019 menunjukkan bahwa para pelajar umumnya memiliki tingkat literasi dan inklusi keuangan yang relatif rendah. Tingkat literasi keuangan penduduk berusia 15-17 tahun hanya 16% atau jauh di bawah tingkat literasi keuangan nasional sebesar 38%," ujar Anggota Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Bidang Edukasi dan Perlindungan Konsumen Tirta Segara, dikutip dari Antara, Selasa (24/8/2021).
Senada dengan tingkat literasi, tingkat inklusi keuangan penduduk berusia 15-17 tahun tersebut juga relatif rendah, yaitu 58% atau jauh di bawah tingkat inklusi keuangan nasional sebesar 76%.
Baca Juga:Â 4 Cara Memilih Reksa Dana Saham
Para pelajar juga lebih rentan dari sisi keuangan karena belum memahami pentingnya menabung atau berinvestasi, termasuk menyiapkan dana darurat serta mudah dipengaruhi tawaran influencer di media sosial.
"Oleh karena itu, gerakan menabung untuk pelajar merupakan hal yang sangat krusial," kata Tirta.
Tirta menyampaikan OJK bersama Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbud Ristek), Kementerian Agama (Kemenag), dan industri perbankan terus mendorong program peningkatan literasi dan inklusi keuangan bagi kelompok pelajar melalui Program Satu Rekening Satu Pelajar (KEJAR).
Baca Juga:Â Beli Saham Jangan Cuma Ikut-ikutan
Pada Agustus ini program tersebut dikemas dalam rangkaian kegiatan KEJAR Prestasi Anak Indonesia (KREASI) yang acara puncaknya digelar secara virtual pada Selasa ini dan diikuti 1.000 pelajar dari sejumlah sekolah di beberapa daerah.