Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

7 Fakta Krisis Energi Dunia, Yang Punya Batu Bara, Sawit hingga Nikel Sumringah

Hafid Fuad , Jurnalis-Minggu, 24 Oktober 2021 |05:48 WIB
7 Fakta Krisis Energi Dunia, Yang Punya Batu Bara, Sawit hingga Nikel Sumringah
Produksi Batu Bara (Foto: Okezone)
A
A
A

Masalah utamanya berasal dari krisis listrik, di mana lebih dari 20 provinsi di negara itu mengalami pemadaman listrik. Lebih dari separuh listrik di China berasal dari batu bara, yang harganya sedang melonjak di seluruh dunia. Biaya ini tidak dapat dibebankan ke konsumen China karena batasan harga yang ketat, sehingga perusahaan energi mengurangi output.

Produksi batu bara juga dipengaruhi oleh pemeriksaan keamanan di tambang, aturan lingkungan yang lebih ketat, dan banjir baru-baru ini, kata Dr Meidan. Artinya, meskipun permintaan barang-barang China melonjak, pabrik-pabrik telah diminta untuk mengurangi penggunaan energi atau tutup selama beberapa hari.

3. Amerika Serikat: Mainan dan tisu toilet

Pada Natal nanti, "ada beberapa hal yang tak bisa dimiliki oleh orang banyak," demikian peringatan seorang pejabat Gedung Putih.

Stok mainan akan terdampak, demikian halnya kebutuhan pokok seperti tisu toilet dan air kemasan, baju baru dan makanan hewan peliharaan. Sebagian dari penyebabnya adalah kemacetan di pelabuhan AS.

Empat dari 10 kontainer pengiriman yang memasuki AS hanya melalui dua pelabuhan - di Los Angeles dan Long Beach, California. Pada suatu hari di bulan September silam, sebanyak 73 kapal terpaksa mengantri di luar pelabuhan Los Angeles. Padahal, sebelum Covid, kapal-kapal itu tak biasanya mengantri. Kedua pelabuhan ini kini beroperasi penuh untuk mengurai kemacetan pasokan kebutuhan sehari-hari warga AS. Dalam beberapa kasus, kekurangan pasokan juga disebabkan oleh masalah berkaitan dengan Covid di negara lain.

Produsen peralatan olahraga AS, Nike, misalnya, banyak memproduksi produknya di negara-negara Asia Tenggara seperti Vietnam, di mana pabrik-pabrik terpaksa tutup karena pandemi. Bahkan ketika barang itu bisa diproduksi, pendistribusian barang-barang itu ke penjual retail menjadi kian terkendala, kaya Prof Willy Shih dari Harvard Business School.

Dikatakan, ada lonjakan pengeluaran oleh konsumen AS, tetapi gangguan produksi di pabrik, pelabuhan dan jaringan jalan dan kereta api yang "kelebihan beban" telah menciptakan kemacetan, katanya.

4. India: mobil dan chip komputer

Produsen mobil terbesar di India, Maruti Suzuki, mengalami penurunan produksi, sebagian karena kekurangan pasokan chip komputer secara global. Chip ini digunakan untuk mengatur sejumlah fitur seperti suplai mesin dan pengereman darurat.

Kekurangan tersebut didorong oleh gangguan terkait pandemi di negara-negara seperti Jepang dan Korea Selatan.

Permintaan global untuk chip - yang juga digunakan di ponsel dan komputer - sudah meningkat sebelum pandemi, karena adopsi teknologi 5G.  Pergeseran kerja dari kantor ke kerja dari rumah menyebabkan peningkatan permintaan lainnya, karena orang membutuhkan laptop atau webcam untuk bekerja

Kekurangan pasokan komponen di India itu diperparah dengan kendala di sektor energi yang dialami negara itu. Stok batu bara semakin menipis. Sementara perekonomian menggeliat setelah gelombang kedua Covid-19 yang mematikan di India, yang menyebabkan peningkatan permintaan energi.

Namun harga batu bara global meningkat dan impor India mengalami penurunan. Dampaknya telah meluas, kata Zohra Chatterji, mantan Chief of Coal India Limited. Seluruh sektor manufaktur - semen, baja, konstruksi - semuanya terkena dampak begitu ada kekurangan batu bara."

Warga India akan terkena juga, kata para ahli, karena kenaikan harga listrik. Inflasi yang tinggi juga menyebabkan harga kebutuhan pokok seperti makanan dan minyak sudah naik.

Halaman:
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita finance lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement