JAKARTA - Sejumlah BUMN mencatatkan utang dengan nilai triliunan rupiah. Perusahaan pelat merah itu terbagi dalam beberapa sektor industri.
Utang dengan nilai zumbo tersebut pun diakui Kementerian BUMN selaku pemegang saham. Menteri BUMN Erick Thohir dalam beberapa kesempatan pun membebetkan sebab utama utang perseroan yang menggung.
MNC Portal Indonesia merangkum sejumlah BUMN dengan nilai utang besar, Rabu (8/12/2021):
1. PT PLN (Persero)
Saat ini PLN tengah menanggung utang senilai Rp500 triliun. Perseroan pun dituntut melakukan efisiensi berupa refocusing anggaran. Erick mencatat, refocusing diperlukan untuk mendukung sejumlah program perusahaan, misalnya, transisi fosil menjadi EBT hingga program transmisi kelistrikan.
Erick menyebut, pinjaman tersebut merupakan utang lancar (current liabilities). Meski begitu, pemegang saham meminta manajemen untuk menekan capital expenditure (capex) atau belanja modal sebesar 24 persen.
Namun, berdasarkan laporan keuangan PLN pada tahun 2020 menunjukkan, aset BUMN itu mencapai Rp1.589 triliun.
2. PT Garuda Indonesia Tbk
Maskapai kenamaan nasional, Garuda Indonesia mencatatkan utang sebesar USD 9,8 miliar atau setara Rp139 triliun. Utang tersebut disebabkan sejumlah faktor.
Baca Juga:Â Tambah Modal, BTN Bakal Rights Issue Tahun Depan
Erick Thohir memaparkan setidaknya ada tiga faktor utama yang menyebabkan utang emiten dengan kode saham GIAA mencapai Rp139 triliun. Pertama, biaya sewa pesawat (leasing cost) yang terlalu mahal. Tercatat, biaya sewa Garuda mencapai 26 persen atau tertinggi di dunia.
Kedua, adanya praktik korupsi. Hal ini pun diakui Erick. "Upaya restrukturisasi terus berjalan. Negosiasi utang-utang Garuda yang mencapai USD7,8 miliar karena leasing cost termahal yang mencapai 26% dan juga korupsi, lagi dinegosiasikan dengan para lessor," ujar Erick, diikutip Rabu (8/12/2021
Ketiga, kesalahan bisnis. Pemegang saham juga mengakui adanya kesalahan bisnis Garuda Indonesia. Maskapai pelat merah itu dinilai tidak memaksimalkan ceruk pasar domestik yang potensial, di mana penerbangan di Tanah Air masih didominasi penumpang domestik. Tercatat, 78 persen penumpang menggunakan pesawat untuk bepergian antar pulau dengan estimasi perputaran uang mencapai Rp1.400 triliun
3. PT Krakatau Steel Tbk
Erick Thohir menduga adanya korupsi di internal Krakatau Steel atau KRAS. Sejak 2019 lalu KRAS tengah melakukan restrukturisasi utang senilai 2,2 miliar dollar Amerika Serikat (AS) atau sekitar Rp 31 triliun.
Baca Juga:Â Erick Thohir: Penyandang Disabilitas Tidak Boleh Dibeda-bedakan
Erick memperkirakan utang masa lalu itu kemungkinan adanya tindakan korupsi. Kementerian BUMN pun akan menelusuri dugaan tindak kejahatan tersebut. Menurutnya, penegakan hukum bagi bisnis proses yang salah harus diperbaiki.
Tak hanya itu, dia juga memperkirakan perusahaan terancam bangkrut pada Desember 2021. Krakatau Steel diperkirakan bangkrut bila proses negosiasi dan restrukturisasi utang menemui jalan buntu alias gagal.