JAKARTA – Ekspor industri makanan dan minuman (mamin) mengalami kenaikan di tengah pandemi Covid-19. Kinerja industri mamin masih positif karena sebagai sektor kritikal yang tetap dijaga produktivitasnya.
Plt. Direktur Jenderal Industri Agro Kementerian Perindustrian Putu Juli Ardika menyebutkan, PDB industri makanan dan minuman tumbuh positif sebesar 3,49%pada triwulan III tahun 2021, seiring dengan pertumbuhan ekonomi nasional yang kembali tumbuh positif menyentuh angka 3,51%.
Baca Juga: Dibuang di RI, Daun Ketapang Diekspor Harganya Bikin Jadi Jutawan
Menurutnya, peran industri mamin dalam mengakselerasi pemulihan ekonomi nasional, juga ditunjukkan dengan meningkatnya kontribusi PDB industri mamin terhadap PDB industri pengolahan nonmigasyang mencapai 38,91% pada periode yang sama. Nilai ekspornya juga meningkat 52%.
“Sepanjang bulan Januari-September 2021, total nilai ekspor industri mamin mencapai USD32,51 miliar atau meningkat 52% dibanding periode yang sama tahun 2020. Neraca perdagangan industri mamin selama sembilan bulan ini surplus sebesar USD22,38 miliar,” ujar Putu dalam keterangan tertulis, Selasa (14/12/2021).
Baca Juga: Menko Airlangga: Komoditas Cengkeh Dijaga agar Petani Hidup Layak
Putu mengemukakan, walaupun sektor industri maminterus menunjukan tren pertumbuhan yang positif, namun pemerintah dan pelaku industri tetap harus bersiap dalam mengantisipasi dan mengatasi tantangan ketersediaan pangan dan energi.
Apalagi, berdasarkan peta jalan Making Indonesia 4.0, industri mamin merupakan salah satu sektor yang mendapat prioritas pengembangan pada era industri 4.0.
“Pembatasan kegiatan selama pandemi berpengaruh terhadap lalu lintas barang dan komoditas antar negara yang berdampak pada persediaan pangan, terutama komoditas yang masih banyak impor, sebagaimana disebutkan dalam laporan Food and Agriculture Organization (FAO),” paparnya.
Oleh karena itu, strategi untuk mengatasi tantangan tersebut, diantaranya melalui pembangunan food estate, penyiapan cold storage, dan rantai dingin.
“Pelajaran dari krisis energi yang terjadi di dunia saat ini adalah ketidaksiapan sejumlah negara dalam melakukan transisi dari energi fosil ke energi ramah lingkungan. Kita perlu mengantisipasi agar hal ini tidak terjadi di Indonesia,” imbuhnya.
Sementara itu, menurut hasil survei, optimasi omnichannel menjadi sangat penting bagi pelaku industri makanan dan minuman. Pelaku bisnis makanan dan minuman perlu memiliki saluran penjualan yang terintegrasi untuk memenuhi keperluan masyarakat pada masa mendatang. Selain itu, kualitas dari saluran terintegrasi tersebut perlu terjaga agar pengalaman yang dirasakan konsumen melalui omnichannel tersebut dapat terkelola dengan baik.
“Dalam masa yang penuh dengan ketidakpastian, industri makanan dan minuman perlu melakukan kolaborasi dengan sesama pebisnis makanan dan minuman untuk menarik target pasar yang lebih besar lagi dan sebagai pebisnis diharapkan dapat berinovasi baik dari segi pengembangan produk, marketing channel ataupun branding sehingga menjadikan bisnis makanan dan minuman kita lebih sustainable dalam masa mendatang," kata Ketua APJI DKI Jakarta Tahsya Megananda Yukki.
(Dani Jumadil Akhir)