JAKARTA - Sri Lanka berencana membayar utang impor minyak dari Iran dengan teh. Menteri Perkebunan Sri Lanka Ramesh Pathirana mengatakan bahwa negaranya berharap dapat mengirimkan teh senilai USD5 juta atau setara Rp71,2 miliar ke Iran setiap bulan untuk melunasi utang USD251 juta atau setara Rp3,06 triliun.
Sri Lanka mengalami krisis utang dan valuta asing yang parah, yang telah diperburuk oleh hilangnya pendapatan dari wisatawan selama pandemi virus corona. Rencana ini pun yang pertama kalinya teh dibarter untuk melunasi utang luar negeri.
Pathirana mengatakan, metode pembayaran ini tidak akan melanggar sanksi PBB atau Amerika, karena teh dikategorikan sebagai makanan atas dasar kemanusiaan, dan tidak ada bank-bank Iran dalam daftar hitam yang akan terlibat.
Baca Juga:Â Barter dengan Teh, Sri Lanka Akan Lunasi Utang Minyak Iran Sebesar Rp3,6 Triliun
"Kami berharap dapat mengirimkan teh senilai USd5 juta setiap bulan untuk membayar Iran atas pembelian minyak yang tertunda sejak empat tahun terakhir," katanya dilansir dari BBC Indonesia, Jumat (24/12/2021).
Kementerian Perkebunan mengatakan usulan skema pembayaran ini akan menghemat mata uang asing Sri Lanka yang sangat dibutuhkan karena pembayaran ke Iran akan dilakukan dalam rupee Sri Lanka melalui penjualan Teh Ceylon.
Namun Juru Bicara Asosiasi Pekebun Ceylon, atau perusahaan perkebunan besar di Sri Lanka, mengatakan mode transaksi ini adalah "solusi plester oleh pemerintah".
Baca Juga:Â Menteri Dalam Negeri Australia Akan Kunjungi Indonesia, Sri Lanka dan AS
"Itu belum tentu akan menguntungkan eksportir karena kami akan dibayar dalam rupee, menghindari pasar bebas, dan tidak memberikan nilai nyata bagi kami," tambah Roshan Rajadurai.
Sri Lanka dilaporkan harus memenuhi sekitar USD4,5 miliar (Rp64 triliun) dalam pembayaran utang tahun depan, dimulai dengan pembayaran obligasi negara internasional senilai USD500 juta (Rp7 triliun lebih) pada bulan Januari.
Namun, cadangan devisa negara itu berkurang menjadi USD1,6 miliar pada akhir November, menurut data terbaru dari bank sentral.
Gubernur Bank Sentral Ajith Nivard Cabraal mengatakan awal bulan ini bahwa Sri Lanka yakin dapat dengan mulus membayar semua utang negara yang jatuh tempo pada tahun 2022.