Sebelumnya, BEI menyatakan sudah ada 23 calon emiten yang berencana menggelar penawaran umum perdana (initial public offering/IPO) saham pada 2022. Direktur Penilaian Perusahaan BEI, I Gede Nyoman Yetna seperti dikutip bisnis pernah mengatakan, terdapat 23 emiten yang berpotensi tercatat pada tahun depan. Jumlah tersebut merupakan hasil dari limpahan pipeline IPO yang belum tercatat tahun ini.
“Saat ini di pipeline ada 23 calon emiten. Jadi setidaknya pada awal tahun depan sudah ada 23 yang akan tercatat,” kata.
Sementara dari aksi penerbitan surat utang, kemungkinan ada 12 penerbitan dari 10 emiten. Adapun total potensi penggalangan dana bagi kedua instrumen belum dapat disebutkan. Nyoman mengatakan sampai saat ini total penggalangan dana dari 51 pencatatan saham baru mencapai Rp62,2 triliun. “Dari sisi pengumpulan dana, jumlah perusahaan tercatat ada 51 dengan total Rp5,6 triliun pada 2020 sekarang sudah meloncat. Artinya antara suplai dan demand menyambung. Kita masih yang tertinggi dari dua sisi itu dibandingkan wilayah Asean,” katanya.
Instrumen surat utang berkontribusi sekitar 92 penerbitan surat utang baru dari 52 perusahaan. Adapun total penggalangan dana mencapai Rp94,7 triliun. Meski demikian, hingga saat ini Bursa belum menerima dokumen permohonan pencatatan saham dari unicorn. Padahal, regulator yaitu OJK sudah menerbitkan aturan multiple voting share (MVS).
“Sampai saat saya bicara sekarang ini belum ada unicorn yang masuk pipeline,” kata Nyoman.
(Kurniasih Miftakhul Jannah)