JAKARTA - Potensi energi baru terbarukan (EBT) di Indonesia sangat banyak, lebih dari 3.000 gigawatt (GW) yang terdiri dari energi surya, angin, hidro, panas bumi, bioenergi dan laut.
Berdasarkan data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), energi surya memiliki potensi paling tinggi mencapai 3.295 GW dengan pemanfaatan 194 MW. Kemudian energi hidro memiliki potensi sebesar 94 GW dan telah dimanfaatkan 6.432 MW.
Selanjutnya, bioenergi memiliki potensi 57 GW dan telah dimanfaatkan 1.923 MW. Energi bayu memiliki potensi 155 GW, namun pemanfaatannya baru 154 MW.
Baca Juga:Â Transisi Energi Butuh Dana Rp3.500 Triliun, Uang dari Mana?
Adapun, panas bumi telah dimanfaatkan 2.186 MW dari potensi 24 GW. Terakhir, energi laut atau samudra masih belum dimanfaatkan sama sekali. Padahal potensinya mencapai 60 GW.
Potensi-potensi tersebut perlu dimanfaatkan dengan baik guna mendukung komitmen transisi energi menuju Net Zero Emission (NZE). Namun hingga kini, realisasi pemanfaatan energi hijau baru sekitar 0,3% dari total potensi EBT yang ada di Indonesia.
Saat ini energi fosil seperti batu bara masih mendominasi pasokan energi Indonesia. Dalam upaya transisi menuju energi hijau, Kementerian ESDM akan mempercepat pembangunan EBT khususnya pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) dan pembangkit listrik tenaga angin, pengembangan infrastruktur jaringan gas bumi, hingga peningkatan permintaan listrik dari energi fosil menjadi energi terbarukan.
Baca Juga:Â Menteri ESDM soal RUU EBT, Kapan Disahkan?
Selain itu, Kementerian ESDM juga akan mendorong konversi penggunaan listrik di kendaraan dan kompor listrik, pengembangan kawasan ekonomi khusus (KEK) seperti industri dan pariwisata untuk menggunakan EBT sebagai sumber utama kelistrikan.