JAKARTA - Siapa sangka tanaman eceng gondok yang kerap ditemui di danau, rawa maupun sungai bisa menjadi bahan bakar ramah lingkungan. Sebuah perusahaan pemasok energi ramah lingkungan berbasis di Nairobi mengubah tanaman eceng gondok menjadi bahan bakar bersih untuk memasak bagi warga Kenya.
Diharapkan proyek ini bertujuan untuk mengurangi penggunaan kayu bakar, yang menambah emisi gas rumah kaca. Penggunaan kayu bakar juga mengganggu kesehatan mereka yang menghirupnya.
Baca Juga: 23 Wisatawan Terjebak, Petugas Bersihkan Eceng Gondok di Waduk Jatiluhur
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), setiap tahun hampir empat juta orang meninggal sebelum waktunya karena penyakit terkait polusi udara rumah tangga akibat praktik memasak yang tidak efisien, penggunaan tungku pembuat polusi serta bahan bakar padat dan minyak tanah.
Di pinggiran Danau Victoria, pemasok energi hijau berbasis di Nairobi, Biogas International membuat proyek percontohan yang mengubah eceng gondok menjadi bahan bakar untuk memasak. Para pekerja memanen tanaman invasif itu, kemudian menggilingnya dengan mesin untuk menghasilkan campuran yang dimasukkan ke mesin pengolah biogas.
Baca Juga: Tersangkut Eceng Gondok, Perahu Bawa 23 Penumpang Terjebak di Waduk Jatiluhur
Supervisor di fasilitas Biogas Internasional Daniel Odhiambo mengatakan, sebagian orang yang belum menyadari manfaat eceng gondok menganggapnya sebagai โkutukan.โ Padahal eceng gondok dapat membersihkan air, menjadi bahan biogas, bahan baku membuat kertas, kursi dan furnitur lainnya.
Melalui kemitraan dengan perusahaan farmasi raksasa AstraZeneca, Biogas International melarang penggunaan bahan bakar kayu. Mereka memberi pengolah biogas untuk 50 keluarga di Kisumu, Kenya.
"Di Afrika, 70 sampai 80% populasi di sub-Sahara menggunakan bahan bakar kayu. Sementara itu ada banyak spesies invasif ini di sekitar kita. Kalau kita menebang pohon untuk dijadikan arang atau kayu bakar, kita mengurangi penyerap karbon," ujar CEO Biogas International Dominic Kahumbu.