Mengingat pesatnya teknologi dan pengaruh pandemi, 30% responden Knight Frank pun beranggapan, pertumbuhan properti di 2022 bakal terjadi mayoritas karena transformasi digital terhadap industri ini.
Milenial, Target Pasar Bertahun
Beberapa tahun ke belakang, kaum generasi Y alias milenial masih jadi sasaran pasar properti. Mulai dari berbagai promosi sampai desain properti banyak dibuat sesuai ciri khas generasi penuh kesan terjangkau, praktis, dan minimalis ini.
Selain kaum gen Y, industri properti juga menyasar masyarakat ekonomi menengah. Khususnya, selama dan pascapandemi Covid-19. Paulus menganggap, kelompok ini bisa memberikan multiplayer effect pada seluruh industri.
“Kalau kelas menengah ini membeli, multiplayer effect yang ditimbulkan oleh properti ini akan terjadi … Jadi, kelas bawah akan jalan, kelas atas menikmati keuntungan dan cashflow,” tutur Paulus.
Bicara tentang target pasar, lantas apa yang jadi minat masyarakat di tahun 2022 mendatang?
Selama beberapa tahun ke belakang, khususnya di tengah pandemi, konsentrasi para investor adalah subsektor rumah tapak. Hal ini diungkap Paulus sekaligus Anton. “Mungkin sampai 2023, primadonanya masih rumah tapak,” ungkap Anton.
Bahkan, tak sedikit dari mereka yang berkecimpung dalam subsektor apartemen maupun perkantoran justru beralih ke rumah tapak.
Kondisi ini pun diperkirakan Anton tak akan dengan berubah dalam 1-2 tahun ke depan. Kecuali, kondisi pandemi telah benar-benar tuntas seperti sedia kala. “Kalau (pandemi) sudah benar-benar tuntas, mungkin baru orang akan balik lagi ke subsektor yang lain.”
Sementara itu, subsektor perkantoran dan ritel disebut-sebut masih akan dalam kondisi oversupply di 2022. Pasalnya, keduanya termasuk dalam pasar sewa yang juga terdampak pandemi Covid-19.
“Untuk hunian sewa (seperti ritel dan perkantoran), itu lebih ke secondary market. Akibat jumlah pasokan yang sangat banyak di pasar, itu tingkat kekosongannya tinggi,” papar Anton.