Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Perang Rusia-Ukraina Ancam Pasokan Pangan Dunia, Harga Mi Instan hingga Roti Jadi Mahal

Tim Okezone , Jurnalis-Selasa, 08 Maret 2022 |06:08 WIB
Perang Rusia-Ukraina Ancam Pasokan Pangan Dunia, Harga Mi Instan hingga Roti Jadi Mahal
Perang Rusia-Ukraina ancam pasokan pangan. (Foto: Shutterstock)
A
A
A

JAKARTA - Perang Rusia-Ukraina mengancam pasokan pangan warga Eropa, Afrika dan Asia. Bahkan, mata pencaharian mereka juga bisa kena dampak, terutama Indonesia.

Melansir VOA, Indonesia mengimpor 26 persen gandum dari Ukraina.

Sebelum adanya perang, pasokan gandum ke negara padat penduduk khusunya Indonesia dan Afrika paling banyak.

Karena Afrika mengimpor produk pertanian bernilai $4 miliar dari Rusia pada 2020, dan sekitar 90 persen adalah gandum.

 BACA JUGA:Tarif Listrik Bisa Naik karena Konflik Rusia-Ukraina

Indonesia sendiri menggunakan gandum untuk membuat mie instan, roti, makanan gorengan, dan berbagai camilan.

Kalau benar akan terjadi dampak nantinya, maka harga mie bisa ikut naik.

Tentu akan memberatkan bagi masyarakat yang berpenghasilan rendah.

Hal itu karena Rusia mengepung Ukraina, sehingga petani-petani banyak yang melarikan diri dari ladang.

Sedangkan warga Eropa, Afrika dan Asia bergantung pada pada lahan pertanian yang luas di wilayah Laut Hitam. Karena tempat itu dikenal sebagai keranjang roti atau sumber pangan dunia.

Diketahui, tak hanya petani Ukraina yang melarikan diri, tapi pelabuhan-pelabuhan juga ditutup.

Muncul juga rasa kekhawatiran ekspor bahan makanan pokok Rusia, yang seperti Ukraina adalah produsen bahan pangan, kemungkinan dibatalkan oleh sanksi Barat.

 BACA JUGA:Diblokir Visa dan Mastercard, Rusia Pakai Aplikasi China UnionPay

Walaupun kini belum ada gangguan global terhadap pasokan, harga gandum telah naik.

Bahkan sudah mencapai rekor tertinggi di tengah kekhawatiran akan apa yang mungkin terjadi selanjutnya.

Maka dari itu, Dewan Bahan Makanan Pokok Internasional mengatakan, jika perang berkepanjangan, negara-negara yang bergantung pada ekspor gandum murah dari Ukraina bisa menghadapi kekurangan mulai Juli nanti.

Jika benar hal itu bisa terjadi, ditakutkan akan banyak orang terjerumus ke kemiskinan di tempat-tempat seperti Mesir dan Lebanon.

Pasalnya, makanan didominasi oleh roti yang disubsidi pemerintah. Di Eropa, kenaikan biaya untuk pakan ternak bisa berarti harga daging dan susu lebih mahal.

"Delapan puluh persen gandum di Lebanon diimpor dari Ukraina. Lebanon mengkonsumsi antara 6.200-6.300 ton gandum per tahun. Tahun lalu kami mengimpor 5.200 ton gandum dari Ukraina dan sisanya dari Rusia, Moldova, dan Rumania. Tentu saja kami akan terpengaruh oleh krisis ini. Sejak awal perang, kami telah berbicara dengan menteri ekonomi, perdana menteri, gubernur Bank Sentral untuk menemukan mekanisme baru guna mempercepat proses mencari alternatif impor dari negara-negara lain seperti Rumania, Serbia, Hongaria, dan Bulgaria," ujar Kepala Sindikasi Importir Gandum di Lebanon Ahmed Hoteit.

 BACA JUGA:Ukraina Siapkan Rencana Jika Presiden Zelensky Terbunuh Akibat Invasi Rusia

Berdasarkan data dari Organisasi Pangan dan Pertanian PBB, Rusia dan Ukraina merupakan negara penyumbang sekitar sepertiga dari ekspor gandum dan jelai dunia.

Kemudian, Ukraina adalah pengekspor gandum terbesar kelima di dunia, dengan pangsa pasar global 10 persen.

Lalu, Negara itu juga merupakan pemasok utama jagung, dan terdepan di dunia dalam minyak bunga matahari.

Sehingga, akibat perang ini bisa mengurangi pasokan pangan tepat ketika harga berada di level tertinggi sejak 2011.

“Saat ini sekitar 30 persen gandum berasal dari kedua negara ini (Rusia dan Ukraina.red). Dua puluh persen jelai berasal dari kedua negara ini. Dan sekitar 80 persen minyak bunga matahari juga berasal dari kedua negara ini. Jadi dampak krisis ini akan mendunia," Kepala ekonomi di Program Pangan PBB WFP Arif Husain.

Kalau perang ini berkepanjangan, maka berdampak besar sekitar 2.400 kilometer jauhnya di Mesir, pengimpor gandum terbesar di dunia.

Di mana jutaan orang bergantung pada roti bersubsidi yang terbuat dari gandum Ukraina untuk bertahan hidup, dengan sekitar sepertiga penduduk negara itu hidup dalam kemiskinan.

Serta lonjakan tajam harga gandum secara global bisa sangat mempengaruhi kemampuan Mesir untuk menjaga harga roti pada tingkat yang disubsidi saat ini.

Untuk di Lebanon sedang berusaha keras menutupi perkiraan kekurangan gandum karena selama ini 60 persen gandumnya dipasok dari Ukraina.

Lebanon sedang dalam pembicaraan dengan Amerika, India dan Kanada untuk mendapatkan sumber lain.

"Negara-negara ini merupakan bagian dari kawasan Laut Hitam yang kini ditutup dan melarang impor semua persediaan makanan mereka untuk melindungi kepentingan nasional mereka sendiri. Saat ini, alternatifnya akan datang dari mana? Tampaknya dari Eropa, maksud kami dari Prancis dan Jerman,” katanya.

(Zuhirna Wulan Dilla)

Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita finance lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement