JAKARTA - Kementerian BUMN mengakui ada tumpang tindih (overlapping) bisnis PT Telkom Indonesia Tbk dan anak usahanya, PT Telkomsel Indonesia Tbk sebelumnya. Perkara saat itu lantaran fokus bisnis kedua entitas pelat merah itu belum belum dibagi.
Bahkan, Menteri BUMN Erick Thohir menyebut bisnis Telkom saat itu palugada atau model usaha yang tidak membatasi penawaran pada satu jenis produk saja. Meski palugada, emiten telekomunikasi itu hanya mencatatkan nilai valuasi saham di kisaran Rp400 triliun.
Baca Juga:Â Erick Thohir Bakal Ubah Bisnis Telkom, Jadi Bagaimana?
"Dulu ketika Telkom palugada, apa yang lu mau gua ada, valuasinya di bawah Rp400 triliun," ungkap Erick dalam acara konsolidasi Hipmi, Jumat (18/3/2022).
Untuk menghindari overlapping, pemegang saham pun membagi atau memfokuskan bisnis kedua perusahaan negara tersebut. Di mana, Telkom difokuskan pada business-to-business (B2B). Di aspek ini, Telkom menggarap bisnis tower, infrastruktur data fiber optic, data center, cloud, dan 5G.
Baca Juga:Â Telkom (TLKM) Siap Kerja Sama Digital Bareng MNC Group
Bahkan, dengan difokuskan pada business-to-business Telkom mampu mencatatkan nilai valuasi saham sebesar Rp500 triliun hingga 2022 ini.
Sementara, Telkomsel diarahkan menggarap layanan business-to-consumer (B2C). Dalam konteks ini, Telkomsel diposisikan sebagai agregator untuk konten lokal, game lokal, kreator lokal, fintech, healthtech, edutech, dan layanan digitalisasi lainnya.
"Kita juga membuka mata yang namanya digital ekonomi, sekarang Telkomsel sudah fokus pada B2C, tidak lagi overlapping dengan Telkom. Telkom fokus pada B2B, artinya apa? Telkom fokus pada pembangunan infrastruktur yang namanya data center, BTS untuk 5G, dan aset-aset yang ada di Telkom di spin off ke Telkomsel, ini hal yang menarik," ungkapnya.