JAKARTA - Tarif sewa rumah dan apartemen meningkat di Amerika. Banyak penyewa dengan terpaksa terus merogoh uang tabungan atau telat membayar dan berisiko diusir karena bantuan dari pemerintah telah berakhir tahun lalu. Diaspora Indonesia pun bersikap ‘nrimo’ situasi itu.
Sewa properti di 50 wilayah metro terbesar di Amerika rata-rata naik 19,3% dari Desember 2020 hingga Desember 2021. Analisis Realtor.com menyebutkan, kenaikan itu untuk properti dengan dua kamar tidur atau kurang.
Miami, Florida, mencatat kenaikan lebih besar daripada wilayah lain. Tarif sewa rata-rata di sana naik menjadi USD2.850 (setara Rp40,8 juta) atau 49,8% lebih tinggi dari tahun lalu. Kota-kota lain di Florida - Tampa, Orlando dan Jacksonville dan San Diego di California, Las Vegas di Nevada, Austin di Texas, dan Memphis di Tennessee, juga mengalami lonjakan lebih dari 25% dalam periode tersebut. Kenaikan signifikan juga terjadi di wilayah Washington, DC.
Baca Juga: Sejarah Buktikan Kenaikan Harga Komoditas Dorong Penjualan Properti
Harsoeki Rubianto salah satu penyewa hunian tersebut memilih bertahan. Dia mengaku sudah puluhan tahun tinggal dalam apartemen satu kamar tidur dengan satu kamar mandi yang terletak di pusat kota, sekitar 100 meter dari kantor Kedutaan Besar Republik Indonesia.
“Di sini (penyewa apartemen) enaknya tidak membayar listrik, tidak bayar air, ini, itu. Enak,” tukasnya, dikutip dari VOA Indonesia, Rabu (30/3/2022).
Harsoeki membeberkan kemudahan yang didapat dengan tinggal di pusat kota, antara lain, kemudahan akan angkutan umum dan jarak tempuh yang lebih singkat untuk kemana pun. Bila ditotal, ia mengatakan, justru apartemen di pusat kota jauh lebih murah.
Sebagai penghuni lama, dia membayar sekitar 20% lebih rendah dari apa yang dibayarkan penyewa lain umumnya.
Baca Juga: 19 Juta Orang Diterima Kerja di Industri Properti
Kenaikan tarif sewa setiap tahun, tidak merisaukan Harsoeki. Dirinya bisa menerima karena harga sewa tempat tinggalnya jauh lebih rendah dibandingkan harga sewa di apartemen lain di sekitarnya yang lebih mahal karena baru dan mewah.
“Kenaikan rata-rata tiga persen. Itu wajar, mengikuti kenaikan gaji,” katanya.
“Aku mau (cari) sewa yang lain, sayang banget toh, wong sewanya murah. Di sini sajalah,” tambahnya.
Faktor lain yang membuatnya bertahan, pemilik dan manajemen, yang sudah berkali-kali ganti, memperhatikan penyewa dengan secara berkala memperbarui barang-barang dan responsif kalau ada keluhan.
Departemen Tenaga Kerja pada pertengahan Februari lalu mengatakan bahwa tahun ini biaya sewa naik 0,5% pada Januari dibandingkan pada Desember. Kenaikan itu tampak kecil, tetapi merupakan yang terbesar dalam 20 tahun, dan kemungkinan akan terus naik.