NEW YORK - Bursa saham AS, Wall Street anjlok pada akhir perdagangan Senin (Selasa pagi WIB). Wall Street melemah karena kenaikan imbal hasil obligasi membebani saham-saham pertumbuhan terkemuka menjelang data inflasi.
Indeks Dow Jones Industrial Average anjlok 413,04 poin atau 1,19% menjadi 34.308,08 poin. Indeks S&P 500 jatuh 75,75 poin atau 1,69% menjadi 4.412,53 poin. Indeks Komposit Nasdaq terpuruk 299,04 poin atau 2,18% menjadi 13.411,96 poin.
11 sektor utama S&P 500 berakhir di zona merah, dengan sektor energi dan teknologi masing-masing terperosok 3,11% dan 2,6% memimpin penurunan.
Baca Juga: Wall Street Beragam, Investor Soroti Langkah The Fed Tangani Inflasi
"Ada dua jenis aksi jual dalam satu atau dua bulan terakhir. Ada peningkatan imbal hasil yang terutama mempengaruhi saham teknologi dan pertumbuhan lainnya, dan kemudian ada penjualan resesi/perlambatan ekonomi yang mempengaruhi saham energi dan berbagai saham material," ujar Presiden Chase Investment Counsel Charlottesville, Peter Tuz, dikutip dari Antara, Selasa (12/4/2022).
Imbal hasil obligasi pemerintah AS 10-tahun melayang di dekat level tertinggi tiga tahun menjelang data inflasi utama yang diharapkan pada Selasa waktu setempat.
Federal Reserve AS telah berjanji untuk secara agresif mengatasi inflasi yang panas, dan sebagian besar pelaku pasar memperkirakan serangkaian kenaikan suku bunga 50 basis poin dari bank sentral dalam beberapa bulan mendatang.
Baca Juga: Wall Street Menguat, Investor Pantau Perang Rusia-Ukraina
"Semua mata tertuju pada angka inflasi yang mungkin akan menjadi yang tertinggi dalam 40 tahun, yang dapat mendorong kenaikan suku bunga yang lebih tinggi dan lebih sering dari The Fed," tambah Tuz.
Laporan IHK Departemen Tenaga Kerja diharapkan untuk tanda-tanda gelombang inflasi telah mencapai puncaknya. Analis memperkirakan laporan tersebut akan menunjukkan pertumbuhan harga konsumen 8,5% tahun-ke-tahun, angka terpanas sejak 1981.
Perselisihan geopolitik yang sedang berlangsung juga membantu mendorong pelarian ke tempat yang aman.
Ukraina mengatakan pihaknya memperkirakan Rusia akan meluncurkan serangan baru yang besar segera setelah konflik paling serius di Eropa sejak perang Balkan tahun 1990-an berlanjut, meskipun negosiasi damai sedang berlangsung.
Musim laporan keuangan kuartal pertama akan dimulai akhir pekan ini, dengan diawali oleh bank-bank besar.
Analis telah menahan optimisme kuartal pertama mereka. Secara agregat, pertumbuhan laba tahunan S&P 500 diperkirakan 6,1% turun dari 7,5% di awal tahun.
Twitter Inc naik 1,7% setelah pemegang saham terbesarnya, pemimpin Tesla Inc Elon Musk menolak tawaran perusahaan media sosial itu untuk bergabung dengan dewan direksinya.
Adapun Tesla, data menunjukkan penjualan kendaraan listriknya jatuh di China bulan lalu karena upaya negara itu untuk mengekang wabah COVID-19, mengirim sahamnya tergelincir 4,8%.
(Feby Novalius)