Dari sentimen domestik, kenaikan angka inflasi menjadi masalah serius. Hal ini tak hanya terjadi di negara berkembang dan negara pasar berkembang saja tetapi juga negara maju. Selain itu, inflasi juga kini menjadi masalah di negara maju. Peningkatan inflasi di berbagai belahan dunia merupakan dampak dari konflik Rusia dan Ukraina yang masih berlangsung.
Ketegangan geopolitik kedua negara menyebabkan tingginya harga komoditas, terutama harga energi dan makanan yang berdampak langsung kepada seluruh negara. Selain inflasi, dampak konflik kedua negara adalah melalui jalur perdagangan. Ketegangan ini tentunya membuat masalah dalam rantai pasokan global serta membuat perlambatan pertumbuhan ekonomi global.
BACA JUGA:BI Tahan Suku Bunga, Rupiah Hari Ini Ditutup Menguat ke Rp14.340 per USD
Dengan adanya konflik kedua negara ini, Dana Moneter Internasional (IMF) merevisi ke bawah proyeksi ekonomi global dari 4,4 persen menjadi 3,6 persen pada tahun ini.
Tak hanya di jalur perdagangan, konflik Rusia dan Ukraina pun memberi dampak kepada jalur keuangan dengan implikasi banyaknya bank sentral dunia yang merasa perlu menaikkan suku bunga untuk mengatasi inflasi dan pengetatan likuiditas global.
"Indonesia ikut terkena dampaknya dengan naiknya harga komoditas sehingga mengakibatkan inflasi yang tinggi dan ini akan berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi di tahun 2022 yang kemungkinan juga akan menurun," kata Ibrahim.
Dalam perdagangan akhir pekan ini, rupiah ditutup melemah. Sedangkan untuk perdagangan senen depan, mata uang rupiah kemungkinan dibuka berfluktuatif namun ditutup melemah di rentang Rp14.350 - Rp14.380.
(Zuhirna Wulan Dilla)