Moskow telah mulai menggunakan ekspor energi sebagai gada menyusul tanggapan Amerika Serikat dan sekutunya atas invasi Rusia ke Ukraina.
Rusia telah menangguhkan pasokan gas ke Polandia dan Bulgaria dan mencoba untuk mendorong Uni Eropa mengadopsi sistem pembayaran gas baru yang melibatkan pembukaan rekening di Gazprombank di mana pembayaran dalam euro atau dolar akan dikonversi ke rubel.
Produksi minyak Rusia bisa turun sebanyak 17 persen pada 2022, menurut dokumen kementerian ekonomi yang dilihat oleh Reuters, karena negara itu menghadapi sanksi Barat.
Terlepas dari kekurangan yang diperkirakan ini, kelompok produsen OPEC+ yang terdiri dari Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan sekutu yang dipimpin oleh Rusia diperkirakan akan mempertahankan laju peningkatan produksi yang moderat ketika bertemu pada 5 Mei, sumber mengatakan kepada Reuters.
Dolar AS melonjak ke level tertinggi dalam dua dekade pada Kamis (28/4), didorong oleh kelemahan pada saingan utamanya, seperti yen dan euro. Dolar yang lebih kuat biasanya bearish untuk harga minyak yang dihargai dalam greenback, karena membuatnya lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya.
Di China, Beijing menutup beberapa ruang publik dan meningkatkan pemeriksaan COVID-19 di tempat lain karena sebagian besar dari 22 juta penduduk kota itu memulai lebih banyak pengujian massal dalam upaya untuk mencegah penguncian seperti Shanghai. Penguncian terbaru telah mengganggu pabrik dan rantai pasokan, meningkatkan kekhawatiran atas pertumbuhan ekonomi negara itu.
Tetapi penyulingan minyak terbesar di Asia, Sinopec Corp, memperkirakan permintaan negara itu untuk produk minyak sulingan akan pulih pada kuartal kedua karena wabah COVID-19 secara bertahap terkendali.
Perlambatan pertumbuhan global karena harga-harga komoditas yang lebih tinggi dan eskalasi konflik Rusia-Ukraina dapat semakin memperburuk kekhawatiran permintaan minyak.
(Taufik Fajar)