JAKARTA - Pusat Veteriner Farma (Pusvetma) bersama tim pakar mengaku akan mengembangkan vaksin Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) yang menjangkit hewan ternak di beberapa wilayah Indonesia. Dengan ini diharapkan Indonesia bisa segera bebas dari wabah PMK.
Kepala Pusvetma di Surabaya Edy Budi Susila mengatakan pengembangan vaksin akan dilakukan dengan metode kultur jaringan untuk membuat vaksin inaktif (killed vaccine).
BACA JUGA:Meski Tak Bahaya bagi Manusia, Virus PMK Bisa Cemari Lingkungan
Vaksin tersebut mengandung virus yang sudah dimatikan dengan suhu panas, radiasi, atau bahan kimia. Proses ini membuat virus tetap utuh, tapi tidak mempunyai kemampuan untuk berkembang biak.
"Ini berfungsi untuk melindungi hewan ternak yang belum terjangkit dari penularan PMK. Untuk yang sudah terjangkit akan kami maksimalkan pengobatan dan perawatannya," ungkap Edy, di kutip Senin (30/5/2022).
Di sisi lain, sambungnya, upaya edukasi bagi para peternak juga harus terus dilakukan. Sebab, di beberapa daerah masih ditemukan peternak yang tidak paham penanganan hewan terindikasi tertular PMK.
"Berikan vitamin agar imunitasnya bertambah dan mencegah penularan. Cuci mulut sapi dengan NaCl (natrium klorida). Lalu bersihkan kandang dengan disinfektan setiap pagi dan sore, pastikan pula kebersihan kandang dan alatnya selalu terjaga," terangnya.
Edy menuturkan, Pusvetma dan tim pakar sangat terbuka apabila ada pakar dari wilayah lain turut bergabung dalam upaya percepatan penanganan PMK hewan ternak melalui pembuatan vaksin.
"Kami sangat terbuka jika Ibu Gubernur merekomendasikan guru besar dari tempat lain untuk bergabung guna percepatan pembuatan vaksin ini," ucapnya.
Pusvetma Surabaya sendiri adalah Unit Pelaksana Teknis di bidang kesehatan hewan, berada dibawah dan bertanggung jawab kepada Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan.
Pusvetma diketahui terakhir kali memproduksi vaksin PMK pada 1986 silam. Pada tahun yang sama, Indonesia dinyatakan bebas dari PMK.
Sekedar mengingatkan, kasus PMK hewan ternak khususnya sapi, pertama kali ditemukan di Gresik, Jawa Timur pada 28 April 2022, dan telah mengalami peningkatan kasus rata-rata dua kali lipat setiap harinya.
BACA JUGA:Antisipasi PMK, MUI Susun Panduan Ibadah Qurban
Pemerintah langsung gerak cepat menangani kasus ini dengan tiga langkah antisipasi yaitu langkah darurat dengan turun langsung mengintervensi melalui lokalisasi wabah agar tidak semakin menyebar, dan juga dengan mendistribusikan obat-obatan, vitamin, antibiotik, serta menyiapkan vaksin.
Langkah kedua yaitu dilakukan pengendalian agar wabah penyakit mulut dan kuku tidak semakin menyebar dan virusnya tidak bermutasi.
Sedangkan langkah ketiga yaitu dengan melakukan pemulihan pada hewan ternak di Indonesia.
(Zuhirna Wulan Dilla)