Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Sri Mulyani Ramal Harga Minyak Dunia Meroket di 2023

Michelle Natalia , Jurnalis-Selasa, 31 Mei 2022 |13:13 WIB
Sri Mulyani Ramal Harga Minyak Dunia Meroket di 2023
Menteri Keuangan Sri Mulyani (Foto: Okezone)
A
A
A

JAKARTA - Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati menyebut bahwa terkait asumsi harga minyak Indonesia, Indonesia Crude Price (ICP), pihaknya sependapat bahwa faktor ketidakpastian masih tinggi.

Khususnya terkait penyelesaian konflik geopolitik serta prospek kinerja ekonomi global, terutama di AS dan China yang akan berdampak pada keseimbangan supply–demand minyak di tahun 2023.

"Prospek penyelesaian konflik geopolitik dapat merubah peta perdagangan komoditas energi dunia secara signifikan. Demikian juga dengan prospek kinerja ekonomi global, khususnya AS, Eropa dan China," ujar Sri dalam rapat paripurna DPR RI di Jakarta, Rabu (31/5/2022).

Sesuai komitmen pemerintah, dengan tetap menjaga kesehatan fiskal, peran APBN akan dioptimalkan sebagai shock absorber jika terjadi guncangan. Oleh karena itu, APBN perlu dirancang agar getap hati-hati dan fleksibel.

Pemerintah juga terus memonitor perkembangan pasar minyak mentah global sehingga proyeksi asumsi ICP dapat dikalkulasi secara kredibel.

"Berbagai proyeksi lembaga internasional menunjukkan bahwa harga minyak mentah global tahun 2023 masih cukup tinggi, meskipun sedikit melandai dibandingkan tahun 2022," tambah Sri.

Menanggapi pandangan dari Fraksi PDI Perjuangan, Fraksi Partai Golkar, Fraksi Partai Gerindra, Fraksi Partai Nasdem, Fraksi PKB, Fraksi Partai Demokrat, Fraksi PKS dan Fraksi PAN terkait langkah antisipatif dalam menjaga fundamental perekonomian domestik dan stabilitas sektor keuangan, dapat disampaikan bahwa perkembangan nilai tukar Rupiah dan suku bunga SBN tidak terlepas dari eskalasi risiko ketidakpastian perekonomian global yang cukup tinggi.

"Sejak meningkatnya konflik geopolitik di Eropa, disrupsi di sisi supply menjadi semakin parah sehingga mendorong lonjakan tinggi harga-harga komoditas. Hal tersebut mendorong naiknya tekanan inflasi yang mulai cenderung persisten di banyak negara maju maupun berkembang," terang Sri.

Halaman:
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita finance lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement