Caranya, dengan menjadikan Belawan sebagai gateway bagi pelabuhan-pelabuhan kecil di sekitarnya.
Muatan kargo yang tersebar di pelabuhan-pelabuhan kecil di Sumatera dapat dibawa ke Belawan untuk kemudian diangkut ke negara tujuan.
PT Pelindo mencatat dari 550.871 peti kemas yang bongkar muat di Belawan pada 2021 sebanyak 59% berasal atau menuju pelabuhan di Malaysia.
Sisanya, 25% menuju Singapura, dan 16% lagi ke Thailand, Taiwan, dan beberapa negara lain.
Sementara itu, Data Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat ekspor dari Sumatera Utara sejauh ini tersebar ke lebih dari 30 negara.
Berdasarkan tonase, pada 2021 ekspor dari daerah ini paling banyak ditujukan ke China 16%, India 6,7%, Jepang 6,2%, dan Amerika Serikat 4%.
Porsi Malaysia dan Singapura sebagai negara tujuan akhir ekspor dari Sumatera Utara sangatlah kecil yakni kurang dari 2 persen.
Porsi Malaysia dan Singapura sebagai negara tujuan akhir ekspor dari Sumatera Utara sangat kecil yakni kurang dari 2%.
Erick mencatat, ekspor barang yang transit ke negara lain, sangat merugikan perekonomian.
Praktik ini membuat ekspor Indonesia kurang kompetitif karena harus menanggung biaya logistik yang mahal serta makan waktu.
Selain itu, Indonesia juga harus kehilangan banyak devisa.
Di mana merugikan pelaku ekspor, transshipment ini membuat Indonesia kehilangan lebih banyak devisa.
Jasa layanan kapal kontainer selama ini dibayar dalam mata uang asing.
Data Bank Indonesia mencatat, dari USD6,286 miliar defisit neraca jasa transportasi Indonesia pada 2021, sebesar USD 6,232 miliar 99% disumbangkan oleh defisit pada biaya pengangkutan barang (sea freight).
(Zuhirna Wulan Dilla)