 
                Hal lain yang juga menjadi perbedaan adalah ketahanan perekonomian dari negara-negara yang berbeda-beda. Dengan tingginya harga pangan dan energi serta pemulihan ekonomi yang belum sepenuhnya pulih akibat dari dampak pandemi covid-19 dua tahun terakhir.
"Jadi kalau mereka mengalami kontraksi dalam akibat pandemi dan belum pulih ditambah dengan kemudian inflasi yang tinggi yang sekarang ini terjadi, ini akan makin menimbulkan kompleksitas suatu negara. Kemudian mereka juga akan melihat dari sisi monetary policy-nya," ujar dia.
Di sisi lain, kondisi utang pemerintah maupun swasta di Indonesia dinilai masih aman. "Mereka akan lihat dari sisi APBN-nya, apakah APBN-nya cukup kuat defisitnya terkendali dan juga dari sisi jumlah utang terhadap GDP dan debt service dari utang itu jadi tidak hanya level tapi juga khususnya," pungkas dia.
(Feby Novalius)