Kemudian, untuk dampak yang terakhir adalah inflasi yang tinggi di AS akan direspon oleh The Fed dengan kenaikan tingkat suku bunga yang tajam sehingga berdampak pada semakin cepatnya Banak Indonesia menyesuaikan tingkat suku bunga acuan.
"Cost of fund pelaku usaha dan masyarakat umum dalam melakukan pinjaman akan naik dan hambat ekspansi usaha. Ini bisa menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2022 dan 2023 ke depan," pungkasnya.
Sementara itu, Pengamat ekonomi Piter Abdullah mengatakan bahwa dampak utama dari resesi AS ini adalah menurunnya demand dari Amerika.
Kemudian bisa menahan bahkan menurunkan harga komoditas di pasar global.
"Meskipun saya perkirakan tidak sampai membuat harga komoditas jatuh karena saat ini tingginya harga komoditas salah satunya disebabkan oleh kelangkaan suplai sebagai dampak dari perang ukraina, jadi jika harga komoditas turun, itu bisa berpengaruh pada ekspor indonesia yg didominasi oleh ekspor komoditas," jelasnya.
Dia melanjutkan bahwa resesi AS ini turut berdampak terhadap nilai tukar rupiah.
Di mana resesi amerika disebabkan oleh inflasi yg sangat tinggi yg kemudian direspon dengan kenaikan suku bunga acuan the fed.
Lebih lanjut, kenaikan suku bunga the fed menyebabkan aliran modal asing global masuk ke surat berharga di AS. Termasuk dari indonesia.
Keluarnya modal asing ini menyebabkan nilai tukar rupiah akan tertekan melemah.
"Kondisi ini dapat dihindari apabila BI menaikkan suku bunga acuan mengikuti kenaikan suku bunga the fed," pungkasnya.
(Zuhirna Wulan Dilla)