Hal ini diperparah dengan melemahnya nilai tukar Rupiah terhadap Dolar AS, bahkan melebihi dari yang diasumsikan, seiring pengetatan moneter yang dilakukan banyak negara karena lonjakan inflasi yang tinggi.
"Extreme trade yang tadi mengakibatkan pengetatan moneter dan pelemahan 5% di Rp14.750 per dolar AS," ungkapnya.
Memandang situasi global saat ini, dia mengatakan APBN 2023 dirancang dengan tema optimis dan tetap waspada.
APBN sebagai instrumen negara harus mewaspadai dampak geopolitik Rusia dan Ukraina yang belum nampak pertanda kapan berakhirnya.
"Konflik geopolitik ini tidak akan selesai dalam waktu dekat dan kita tidak pernah tahu kapan berakhir dan dalam bentuk apa. Ini menimbulkan ketidakpastian yang tinggi, makanya policy kita harus menjaga dengan waspada," pungkasnya.
(Zuhirna Wulan Dilla)