Ia menjelaskan sebagian besar komoditas bisa diproduksi di dalam negeri secara baik dengan harga terjangkau dan jumlah memadai sehingga bisa menstabilkan harga.
Bahkan sebelumnya Presiden Joko Widodo (Jokowi) juga sudah meminta para kepala daerah, Menteri Pertanian dan Menteri Perdagangan untuk melihat keseluruhan faktor-faktor yang menyumbang inflasi.
Pemerintah diminta menggunakan instrumen Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), termasuk transfer ke daerah (TKD). Bahkan pemerintah daerah juga mendapat dana transfer dari pusat dalam bentuk dana tak terduga yang bisa secara fleksibel digunakan untuk meredam kenaikan harga komoditas.
“Dari faktor makanan yang memang bisa diatasi secara relatif cepat seperti cabai dan lain-lain itu sekarang menjadi fokus dari tim pengendalian inflasi di pusat dan daerah,” ujarn Sri Mulyani.
Terlebih lagi beberapa komoditas bisa dikembangkan dan diproduksi secara mandiri di dalam negeri sehingga akan semakin menstabilkan inflasi ke depan terutama dari sisi harga bergejolak.
Meski demikian Sri Mulyani tetap mewaspadai inflasi dari volatile food ini mengingat ada beberapa komoditas yang memang tidak diproduksi dalam negeri seperti gandum dan kedelai sehingga akan sangat terpengaruh dari gejolak global.
“Seperti minyak goreng meski itu adalah CPO kita punya, tapi subtitusinya adalah sun flower yang diproduksi Ukraina. Jadi berbagai dinamika itu yang harus kita antisipasi,” jelas Sri Mulyani.
(Taufik Fajar)