JAKARTA - Harga BBM Pertalite, Pertamax dan Solar naik. Pertalite jadi Rp10.000, Pertamax Rp14.500 dan Solar Rp6.800 per liter.
Penyesuaian harga BBM ini dinilai menjadi momentum terbaik untuk bisa mengalihkan APBN dan memaksimalkan pemanfaatan Energi Baru Terbarukan (EBT). Di mana
pemerintah tengah berfokus untuk bisa lebih memanfaatkan dengan maksimal penggunaan EBT.
Pasalnya, Pengamat Isu Strategis Nasional dan Politik Internasional Imron Cotan menyatakan bahwa selama ini terdapat sekitar 20% APBN yang terkunci untuk pemberian subsidi yang tidak sehat karena tak tepat sasaran.
BACA JUGA:Harga Pertalite Jadi Rp10.000/Liter, Erick Thohir Minta Pertamina Siaga Jaga Pasokan
“Kurang lebih 20% dari APBN kita itu terkunci untuk subsidi, dan itu tidak sehat karena yang selama ini terjadi tidak tepat sasaran,” katanya, Minggu (4/9/2022).
Maka dari itu harus segera dilakukan penajaman subsidi agar APBN tidak tertekan, yang manal jika hal tersebut tidak segera dilakukan justru kecukupan anggaran akan habis di bulan September ini.
“Ini penajaman penggunaan subsidi sehingga APBN kita tidak tertekan, yang mana sekarang ada Rp502 triliun, sudah disisihkan dan September ini akan habis. Kalau diteruskan di September, kita harus nambah lagi Rp198 triliun,” ungkap Prof Imron pada Sabtu (3/9) dalam dialog di stasiun televisi.
Bukan hanya itu, penggunaan minyak dengan berbahan fosil di lain sisi juga memiliki banyak dampak buruk.
Dia menambahkan bahwa grafik harga minyak dunia sendiri terus mengalami peningkatan sejak 50 tahun terakhir.
Di sisi lain, keberadaan akan energi berbahan fosil sangatlah terbatas jika terus menerus dieksploitasi dan mampu memproduksi karbondioksida yang meracuni.
Dirinya memaparkan bahwa Pemerintah RI memiliki target supaya bisa melakukan 30 persen reduksi emisi karbon untuk menciptakan lingkungan yang lebih sehat.
Sementara, hal tersebut akan sulit dicapai apabila APBN terus terkunci hanya untuk memberikan subsidi BBM.
“Oleh karena itu momentum strategis ini harus dimanfaatkan untuk mengalihkan atau setidak-tidaknya membaurkannya dengan energi terbarukan, menuju pada secara total menggunakan energi baru dan terbarukan,” tutur Prof Imron.
Menurutnya Indonesia sendiri sangat memiliki potensi pemanfaatan EBT melimpah sehingga memang sudah saatnya efisiensi APBN dilakukan dengan memberlakukan penyesuaian harga BBM.
“Indonesia bisa sekali, karena tenaga listrik, air ada, surya melimpah sepanjang tahun, kita manfaatkan momentum ini untuk mempersiapkan SDM juga. Gas bumi kita juga praktis melimpah. Namun selama ini tidak dimanfaatkan karena terbuai dengan subsidi,” terangnya.
(Zuhirna Wulan Dilla)