“Beberapa indikator perubahan iklim seperti emisi gas rumah kaca, rata-rata suhu permukaan dan tinggi muka air laut menunjukkan urgensi untuk segera memulai perubahan iklim,” kata Sri Mulyani.
Dia memperkirakan potensi kerugian ekonomi Indonesia yang disebabkan oleh perubahan iklim dapat mencapai 0,62 hingga 3,45% dari Produk Domestik Bruto (PDB) pada tahun 2030.
“Kerugian ekonomi akibat krisis iklim ini akan mencapai 0,5% dari PDB pada tahun depan (2023), dan dampaknya terhadap manusia dan ekosistem di seluruh dunia akan lebih signifikan,” kata Sri Mulyani.
Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia itu mengatakan pemerintah telah mengalokasikan anggaran sebesar Rp89,6 triliun atau 3,6% dari total belanja pemerintah dalam aksi mitigasi dan adaptasi menghadapi perubahan iklim setiap tahunnya.
(Kurniasih Miftakhul Jannah)