JAKARTA – Presiden Jokowi mengatakan sedang mempertimbangkan membeli minyak mentah dari Rusia. Opsi ini terbuka karena adanya kenaikan anggaran subsidi BBM dan kompensasi yang naik tiga kali lipat. Subsidi BBM dan LPG dari Rp77,5 triliun ke Rp149,4 triliun serta untuk listrik dari Rp56,6 triliun naik ke Rp59,6 triliun.
Menko Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan juga membenarkan pernyataan presiden itu.
“Saya bilang kami ingin bicara secara terbuka, kami mana saja siap. Jika Kepres itu bisa dieksekusi, ya kita OK, gak ada masalah. Tapi jika tidak bisa khan kami harus survive. Subsidi kami USD35 billion. Itu mau diapain? Khan bisa collapse. Dia paham. Jadi dengan bicara terbuka, tidak berbelit kami jelaskan bahwa it’s a matter of survival. Jika bisa, ya dijalankan. Jika tidak yaa kita harus anu… Kami dengan Rusia juga bicara terbuka juga," kata Luhut.
Luhut juga ditanyai soal apakah ada tekanan dari Yellen terkait hal itu. Dalam penjelasannya, Luhut tidak merinci Kepres atau semacam kebijakan khusus yang akan disampaikan oleh Yellen terkait pembelian minyak Rusia ini. Dan mengenai konteks memenuhi kepentingan nasional, setiap negara sedianya menghormati keputusan yang diambil negara lain.
"Saya lihat tidak, kami bicara terbuka, ketawa-tawa juga. Dia bilang make sense juga. Saya bilang sama dia India juga beli 1 juta barel per hari, tidak ada masalah juga. Jadi bagaimana dengan kami?,” ucap Luhut.
Follow Berita Okezone di Google News