Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Kata Luhut soal Beli Minyak Mentah Rusia

Noviana Zahra Firdausi , Jurnalis-Selasa, 20 September 2022 |05:20 WIB
Kata Luhut soal Beli Minyak Mentah Rusia
Wacana beli minyak mentah Rusia (Foto: Reuters)
A
A
A

JAKARTA – Presiden Jokowi mengatakan sedang mempertimbangkan membeli minyak mentah dari Rusia. Opsi ini terbuka karena adanya kenaikan anggaran subsidi BBM dan kompensasi yang naik tiga kali lipat. Subsidi BBM dan LPG dari Rp77,5 triliun ke Rp149,4 triliun serta untuk listrik dari Rp56,6 triliun naik ke Rp59,6 triliun.

Menko Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan juga membenarkan pernyataan presiden itu.

“Saya bilang kami ingin bicara secara terbuka, kami mana saja siap. Jika Kepres itu bisa dieksekusi, ya kita OK, gak ada masalah. Tapi jika tidak bisa khan kami harus survive. Subsidi kami USD35 billion. Itu mau diapain? Khan bisa collapse. Dia paham. Jadi dengan bicara terbuka, tidak berbelit kami jelaskan bahwa it’s a matter of survival. Jika bisa, ya dijalankan. Jika tidak yaa kita harus anu… Kami dengan Rusia juga bicara terbuka juga," kata Luhut.

Luhut juga ditanyai soal apakah ada tekanan dari Yellen terkait hal itu. Dalam penjelasannya, Luhut tidak merinci Kepres atau semacam kebijakan khusus yang akan disampaikan oleh Yellen terkait pembelian minyak Rusia ini. Dan mengenai konteks memenuhi kepentingan nasional, setiap negara sedianya menghormati keputusan yang diambil negara lain.

"Saya lihat tidak, kami bicara terbuka, ketawa-tawa juga. Dia bilang make sense juga. Saya bilang sama dia India juga beli 1 juta barel per hari, tidak ada masalah juga. Jadi bagaimana dengan kami?,” ucap Luhut.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati juga mengatakan total subsidi dan kompensasi untuk BBM, LPG, dan listrik mencapai Rp502,4 triliun. Angka tersebut dihitung berdasarkan rata-rata ICP (Indonesian Crude Price) yang bisa mencapai USD105 per barel dengan kurs Rp14.700 per satu dolar Amerika.

Dia juga menegaskan, bahwa jika harga ICP turun ke USD90 per barel hingga Desember 2022 maka rata-rata satu tahun ICP Indonesia masih mencapai USD99 per barel. Dan kalaupun harga ICP turun hingga di bawah USD90/barel maka keseluruhan tahun rata-rata ICP Indonesia masih di USD97/barel.

Sehingga dengan adanya perhitungan ini, angka kenaikan subsidi dari Rp502 triliun masih akan tetap naik menjadi Rp653 triliun jika harga ICP adalah rata-rata USD99 per barel.

Sedangkan jika harga ICP di USD85 per barel sampai Desember 2022 maka kenaikan subsidi menjadi Rp640 triliun. Maka dari itu, mengenai kenaikan Rp137 triliun atau Rp151 triliun semua tergantung dari harga ICP. Dengan adanya semua pernyataan tersebut, Jokowi pun menambahkan bahwa sudah merupakan tugas pemerintah menemukan beragam sumber untuk memenuhi energi rakyat.

Baca selengkapnya: Menko Luhut Benarkan RI Mau Beli Minyak Rusia, Singgung Subsidi BBM

(Kurniasih Miftakhul Jannah)

Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita finance lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement