Pengumuman awal itu, oleh sebagian analis diperkirakan bakal mengungkit keekonomian proyek lantaran bebatuan yang terlalu rapat untuk mengangkut gas dari lapangan tersebut.
“Pada sisi yang lebih mengkhawatirkan, permeabilitas berada di bawah dari ekspektasi yang berarti kualitas dari reservoir pada lokasi itu tidak begitu baik seperti yang diharapkan,” kata CEO dan Direktur Harbour Energy Linda Zarda Cook pada keterangan finansial perusahaan pertengahan bulan lalu.
Linda mengatakan perusahaan bakal melakukan kegiatan seismik 3D pada bagian timur Blok Andaman II yang akan berlanjut pada upaya pengeboran dua hingga tiga sumur eksplorasi tahun depan.
“Dengan dukungan mitra, kami telah sepakat untuk melakukan seismik 3 D pada bagian timur Andaman II dan berupaya melanjutkan pengeboran dua hingga tiga sumur eksplorasi,” jelasnya.
Direktur Asosiasi Perusahaan Migas Nasional (Aspermigas) Moshe Rizal menyarankan pemerintah untuk mulai menyiapkan sejumlah paket insentif bagi Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) Premier Oil, bagian dari Harbour Energy Company, menyusul laporan ihwal karakteristik reservoir pada sumur eksplorasi Timpan-1 yang jauh dari harapan pengelola blok Andaman II tersebut.
Menurut Moshe, laporan terkait dengan kualitas reservoir yang berada di bawah ekspektasi Harbour Energy itu berpotensi untuk menambah keekonomian proyek blok migas yang digadang-gadang memiliki potensi sumber daya atau potential resources gas mencapai 6 triliun kaki kubik (trillion cubic feet/TCF).