“Kalau bebatuan terlalu rapat berarti produksi makin sulit, sulit itu sama dengan biaya yang akan lebih mahal harus ada teknologi fracturing kalau permeability-nya terlalu kecil,” kata Moshe saat dihubungi, Rabu (31/8/2022).
Kekhawatiran soal reservoir itu, kata Moshe, belakangan bakal mengoreksi kembali biaya yang perlu dialokasikan KKKS untuk melakukan kegiatan produksi pada blok tersebut.
Kendati, sejumlah blok yang terletak di lepas pantai Aceh itu belakangan kembali mendorong kepercayaan investor pada potensi cadangan Migas di Indonesia.
“Semua pasti arahnya pada aspek keekonomian, barangnya ada di dalam tetapi untuk ngambil barangnya itu terlalu mahal,” pungkasnya.
(Zuhirna Wulan Dilla)